Menu

Amazon

Lazada

Monday 29 June 2015

BERMIMPI TENTANG SUMUR



Sumur dalam dunia mimpi memiliki makna yang beragam. Menurut Ibnu Sirin bila sumur itu berada di sebuah rumah, maka menunjukkan kepada pemilikinya, karena dialah yang membangun sumur itu. Ibnu Sirin menegaskan bahwa tidak jarang fenomena sumur dalam mimpi menujukkan kepada istri orang yang bermimpi karena dia lah yang memanfaatkan sumur itu dengan mengambil airnya.

Menurut Ibnu Sirin bila yang bermimpi tentang sumur itu adalah seorang perempuan berarti sumur itu menujukkan terhadap laki-laki, dan airnya menunjukkan harta benda dan pekerjaan orang laki-laki tersebut. Bila air itu banyak, maka hartanya bendanya juga banyak selama air sumur itu tidak sampai meluap ke rumahnya. Bila air sumur itu meluap sampai kerumahnya, maka air itu menujukkan kepada rahasia dan ucapan laki-laki itu. Bila air sumur itu sedikit maka menujukkan bahwa harta benda dan pekerjaan laki-laki itu sedikit dan rejekinya seret.
Bila seorang perempuan bermimpi melihat dasar sumur kelihatan sangat dalam, maka menujukkan kalau laki-laki itu pelit. Namun bila airnya dekat dari tangan, maka menunjukkan orang yang bersangkutan dermawan.

Jika sumur itu menujukkan makna perempuan, maka airnya menujukkan harta benda atau janin perempuan itu. Bila airnya dekat dengan tangan, maka perempuan itu akan cepat melahirkan anak. Bila airnya meluap sampai ke tanah, maka ia akan melahirkan atau keguguran.

Kata Ibnu Sirin terkadang sumur juga menujukkan makna pembantu, hewan peliharan, tunggangan, atau menunjukkan orang yang dermawan yang ada dalam keluarganya.

Menurut Ibnu Sirin sumur yang tidak bertuan menunjukkan bepergian. Hal ini di dasarkan pada timbanya yang naik-turun ketika digunakan untuk mengambil air.

Menurut Ibnu Sirin terkadang  sumur juga menunjukan kepada lautan, pemandian, dan masjid tempat orang yang akan salat membasuh kotorannya.

Fenomena sumur dalam mimpi terkadang juga bermakna orang yang pandai yang menyirami masyarakat di sekitarnya dengan ilmu yang dimilikinya.

Terkadang sumur, kata Ibnu Sirin, menujuk pada perempuan yang berbuat mesum, penajra, kuburan seperti yang terjadi pada yusuf.

Ibnu Sirin menegaskan barang siapa bermimpi jatuh ke dalam sumur yang tidak diketahui pemiliknya, bila orang yang bermimpi itu sakit, maka ia akan segera meninggal. Bila ia sedang menaiki kapal laut, maka kapalnya akan hancur. Bila ia sedang mengadakan perjalan darat, maka dia akan dirampok. Bila dia sedang menghadapi perkara hukum, maka ia akan dipenjara.

Ibnu Sirin juga menjelaskan bahwa seseorang yang bermimpi mengambil air minum dengan timba di sumur yang tidak bertuan, bila dia sedang hamil, maka akan memiliki anak laki-laki. Bila dia memiliki barang yang dikirim melalui jalan darat maupun laut, maka barang kirimannya akan segera sampai. Jika dia dalam keadaan sakit, maka akan segera sembuh. Bila dia sedang dipenjara, maka akan lekas dibebaskan. Bila dia sedang berada dalam perjalanan, maka ia akan lekas sampai kerumahnya. Bila dia sedang jumblo maka akan lekas menikah. Hal di atas jika timbanya itu tidak rusak dan penuh berisi dengan air.

Menurut Ibnu Sirin sebagian ulama berpendapat bahwa jika seseorang bermimpi tentang sumur, maka sumur dapat dimaknai dengan perempuan yang ceria. Jika yang bermimpi adalah perempuan maka maknanya adalah laki-laki yang tampan.

Ibnu Sirin mengatakan barang siapa bermimpi menggali sumur, dan di dalam sumur itu teradapat air, jika perempuan yang bermimpi, maka ia tidak memiliki harta. Jika dia meminum air tersebut, maka dia akan memperoleh harta dengan susah payah.

Jika seseorang bermimpi melihat air meluap dari sumur yang berada di suatu desa atau tempat, kemudian dia keluar dari daerah tersebut, maka di tempat itu akan tertimpa kesedihan dan kesusahan.

Bila seseorang bermimpi menggali sumur untuk menyirami kebunnya, maka maknanya dia akan memperoleh obat dari sakitnya. Bila seseorang bermimpi melihat yang ia gali penuh dengan air, hingga meluap ke rumahnya, dan luapannya lebih besar dari yang mengalir kerumahnya, maka dia akan memperoleh harta benda.

Bila luapan air itu sampai ke luar rumah, maka dia akan selamat dari kesusahan dan harta bendanya akan hilang sesuai dengan kadar air yang keluar dari rumahnya itu.

Bila seseorang bermimpi jatuh ke dalam sumur yang airnya keruh, maka dia bakal berbisnis dengan orang yang memiliki kekuasaan namun berprilaku kurang baik sehingga dia akan menjadi korban tipuannya. Jika air itu jernih maka dia akan berkerja sama dengan orang yang baik budi pekertinya. Jika seseorang bermimpi turun ke dalam sumur, maka dia akan mengalami bepergian.

Jika seorang laki-laki melihat sumur di suatu tempat yang tidak ia kenal, dan di dalam sumur itu terdapat air yang segar, maka air sumur yang segar itu menujukkan harta bendanya. Dia akan diberi rezeki dan umur yang panjang sesuai dengan kadar air yang ada di dalam sumur itu. Bila sumur itu tidak berair, maka umurnya akan habis.

Menurut Ibnu Sirin robohnya sebuah sumur dalam mimpi menujukkan meninggalnya seorang perempuan. Jika seseorang bermimpi kedua kakinya mengantung di dalam sumur, maka dia akan melakukan rekayasa dengan hartanya, atau akan mendapatkan marah. Jika seseorang turun ke dalam sumur, ketika sampai di tengah-tengah kemudian dia beradzan, maka orang tersebut akan melakukan bepergian. Jika dia turun sampai ke aliran sumbernya, maka ia akan mendapatkan kedudukan atau keuntungan yang besar dari bisnisnya. Bila seseorang bermimpi turun ke dalam sumur, sampai di tengah, tiba-tiba mendengar adzan, jika yang bermimpi adalah seorang wali maka akan dicopot pangkat kewaliannya. Bila yang bermimpi adalah seorang pedagang, maka dia akan merugi.

Menurut sebagian ulama bila seseorang bermimpi melihat sumur di dalam rumahnya, atau di tanah tempat tinggalnya, maka dia akan memperoleh kebaikan dalam usahanya dan memperoleh kemudahan setelah mengalami kesulitan. (Diulas dari kitab Muntkhobul Kalam fii Tafsiril Ahlam, karya Ibnu Sirin oleh FT edu)

MIMPI YANG PALING BENAR


Mimpi bila ditinjau dari waktu terjadinya adalah sebagai berikut. Mimpi yang paling mendekati kebenaran adalah mimpi yang terjadi pada siang hari atau sepertiga malam terakhir. Diriwayatkan dalam sebuah hadis bahwa Nabi pernah bersabda: “Mimpi yang mendekati kebenaran adalah mimpi yang terjadi pada waktu sahur”.

Dalam hadis lain diceritakan: “Mimpi yang paling mendekati kebenaran adalah mimpi yang terjadi pada waktu siang hari karena Allah memberi wahyu kepada saya pada siang hari”.

Diriwayatkan dari Ja'far bin muhammad Ash-Shodik dia berkata: “Mimpi yang mendekati kebenaran adalah mimpi yang terjadi pada waktu qoilulah (siang hari menjelang waktu dzuhur).


Etika Orang Yang Bermimpi

Ada etika yang bharus dipegang teguh oleh orang yang bermimpi. Etika orang yang bermimpi adalah sebagai berikut:
1. Tidak menceritakannya kepada orang yang dengki. Hal ini didasarkan kepada kisah Nabi Ya'qub yang berpesan kepada Nabi Yusuf seperti yang diagendalan dalam al-Quran :

لَا تَقْصُصْ رُؤْيَاكَ عَلَى إِخْوَتِكَ فَيَكِيدُوا لَكَ كَيْدًا

"Janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan) mu".

2. Tidak menceritakan kepada orang yang tidak mengerti. Hal ini di dasarkan pada hadis Nabi yang mengatakan:

لاَتَقْصُصْ رُؤْيَكَ إِلاَّ عَلَى حَبِيْبٍ أَوْ لَبِيْبٍ

“Jangan engkau ceritakan mimpimu kecuali kepada orang yang engkau cintai atau orang yang pandai (ahlinya)”.

3. Tidak berbuat bohong dengan mimpinya.
4. Tidak menceritakan kecuali dengan suara yang pelan.
5. Tidak menceritkan kepada anak kecil atau perempuan
6. Dianjurkan menceritakan mimpinya pada permualan tahun atau dipagi hari, bukan pada waktu sore atau pertengahan tahun.


Etika Orang Yang Menafsirkan Mimpi

Etika bagi orang yang menafsirkan mimpi adalah sebagai berikut:
1. Orang yang menafsirkan mimpi orang lain hendaklah berkata bahwa mimpi ini baik untukmu. Hal ini didasarkan pada hadis nabi. Nabi ketika menafsirkan mimpi akan berkata: Engkau akan menemukan kebaikan dariad itu dan dijauhkan dari keburukannya. Mimpi itu baik bagi kita dan buruk bagi musuh kita. Alhamdulilahi robbil alamin, saya telah menafsirkan mimpimu;

2. Menafsirkan dengan sebagi-baiknya penafsiran. Nabi bersabda: Mimpi itu sesuai dengan apa yang kita tafsirkan. Diriwayatkan dalam hadis lain: “Mimpi bagi seseorang seperti sesuatu yang berada di awang-awang, selama mimpi itu tidak diceritakan kepada orang lain. Bila diceritakan kepada orang lain maka apa yagn ada dalam mimpi itu akan terjadi”;

3. Mendengarkan dengan seksama terhadap mimpi yang diceritakan kepadanya;

4.  Harus teliti dalam menafsirkan mimpi dan tidak boleh buru-buru;

5. Tidak menyebar luaskan mimpi yang telah ditafsirkannya karena mimpi itu baginya amanah;

6. Menafsirkannya pada saat matahari terbit atau sedang berada di tengah-tengah, atau setelah matahari terbenam;

7. Mampu memilah-milah orang yang bermimpi. Seorang penafsir mimpi tidak boleh  menafsirkan mimpi seorang pemimpin di hadapan rakyatnya, karena makna mimpi akan berbeda pada tiap-tiap orang. Bila seorang perempuan bermimpi, dan dia tidak memiliki keluarga,  maka mimpi boleh diceritkan kepada suaminya. Bila anak kecil bermimpi maka mimpi itu dapat diceritkan kepada kedua orang tuanya;

8. Hendaknya memahami secara mendalam terhadap mimpi yang akan ditafsikan. Bila mimpi itu baik maka bilang lah baik dan berilah kabar gembira kepada orang yang bermimpi sebelum ditafsirkannya. Bila mimpi itu kurang baik maka jangan ditafsirkan atau tafsirkan lah dengan kemungkinan yang baik. Bila sebagian baik dan sebagian lagi buruk, maka kalkukasi antara kebaikan dan keburukannya, kemudian ambil yang paling banyak kebaikannya. Bila seorang penafsir mimpi mengalami kesulitan maka bertanyalah nama orang yang bermimpi, kemudian tafsirkan sesuai dengan namanya. Hal ini berdasarkan hadis nabi yang mengatakan bila kalian mendapati kesulitan dalam menafsirkan mimpi, maka ambillah beberapa nama. Bila nama orang yang bermimpi itu Sahal maka tafsirkan kalau dia akan mendapatkan kemudahan, bila orang yang bermimpi itu bernama Muhammad, maka tafsirkan bahwa ia akan memperoleh pujian.


Menurut Abu Said hukumnya makruh menafsirkan mimpi pada hari selasa karena pada hari itu bertepatan dengan peristiwa pembunuhan di dinia ini pertama kali terjadi. Dan hukumnya juga makruh menafsirkan mimpi pada hari rabu, karena pada hari itu adalah hari sial. Selain kedua hari itu boleh menafsirkan mimpi. (Diulas dari kitab Muntkhobul Kalam fii Tafsiril Ahlam karya Ibnu Sirin oleh FT Education).

CARA MEMBEDAKAN MIMPI YANG BENAR DAN YANG BATIL



Mimpi ada dua macam; mimpi yang benar dan yang batil. Mimpi yang benar adalah mimpi seseorang dalam keadaan kondisi psikis dan suhu yang setabil. Seseorang hendakknya tidak tidur dalam keadaan memikirkan sesuatu dan membayangkan sesuatu. Serta tidak tidur dalam keadaan junub dan haid.

Sedangkan mimpi yang batil adalah mimpi yang diawali dengan angan-angan dan keinginan yang terucapkan dalam hati. Mimpi seperti ini tidak dapat ditafsirkan. Demikian halnya mimpi basah termasuk dalam kategori mimpi yang batil dan tidak dapat ditafsirkan. Begitu juga mimpi rasa takut dan gelisah yang berasal dari kekuatan jahat atau setan, sebagaimana firman Allah:

إِنَّمَا النَّجْوَى مِنَ الشَّيْطَانِ لِيَحْزُنَ الَّذِينَ آمَنُوا وَلَيْسَ بِضَارِّهِمْ شَيْئًا إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ. (المجادلة : ١٠)

“Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari syaitan, supaya orang-orang yang beriman itu berduka cita, sedang pembicaraan itu tiadalah memberi mudharat sedikitpun kepada mereka, kecuali dengan izin”.

Ada lima hal yang disunnahkan ketika seseorang bermimpi tidak baik:
1. Berpindah arah tidur;
2. Meludah tiga kali ke arah kiri;
3. Memohon perlindungan kepada Allah;
4. Bangun dan melakukan salat sunnah;
5. Tidak menceritakan mimpinya kepada orang lain.

Diriwayatkan bahwasanya ada orang datang kepada Nabi, kemudian bertanya:  Wahai Rasulullah sesungguhnya saya bermimpi yang menakutkan. Nabi menjawab: “Saya juga pernah mengalami mimpi yang sama seperti anda. Bila saya bermimpi semacam itu, saya meludah tiga kali ke arah kiri, dan berdoa: “Ya Allah sesungguhnya saya mohon kepada-Mu kebaikan terhadap mimpi ini, dan berlindung kepada-Mu dari keburukan mimpi ini”.

Termasuk mimpi yang tidak benar adalah mimpi yang membingungkan, seperti seseorang yang bermimpi seakan-akan langit menjadi atap, dan dia takut kalau langit itu menimpa kepadanya, atau bermimpi melihat bumi berputar, atau bermimpi melihat pohon tumbuh dari langit dan mencul bintang dari dalam tanah, atau bermimpi melihat setan berubah menjadi malikat, atau melihat gajah menjadi semut, dan lain sebagainya. Mimpi yang semacam ini tidak dapat ditafsirkan maknanya.


Termasuk mimpi yang tidak dapat ditafsirkan maknanya adalah orang yang bermimpi dalam kondisi psikis yang kacau, seperti darah kelihatan sangat merah, sesuatu yang hijau kelihatan sangat hijau, dan sesuatu yang kuning keihatan sangat kuning, dan hitam kelihatan gelap, sesuatu yang panas kelihatan matahari atau api, sesuatu yang dingin kelihatan basah, dan sesuatu yang penuh dengan muatan kelihatan sangat berat. Mimpi semacam itu menurut Abu Sa’id tidak memiliki makna. (Diulas dari kitab Muntakhobul Kalam fii Tafsiril Ahlam, karya Ibnu Sirin, oleh FT edu).

TAFSIR MIMPI (03)



ETIKA BERMIMPI

Menurut ustadz Abu Sa'id ilmu dilihat dari manfaatnya dibagi menjadi tiga macam. Pertama, ilmu yang bermanfaat dalam urusan duniawi. Kedua, ilmu yang bermanfaat dalam urusan agama. Ketiga, ilmu yang bermanfaat dalam urusan dunia dan agama. Sedangkan ilmu tentang mimpi, menurutnya, adalah ilmu yang bermanfaat untuk urusan agama karena mimpi merupakan salah satu sarana untuk meminta petunjuk kepada Allah dalam segala hal.

Menurut ustadz Abu Sa'id agar mimpi yang diperoleh oleh seseorang menjadi kenyataan, maka ada etika yang harus dipenuhi. Etika dalam bermimpi adalah sebagai berikut:

1. Membiasakan untuk bersikap jujur. Hal ini di dasarkanpada hadis nabi yang berbunyi :

وَأَصْدَقُكُمْ رُؤْيَا أَصْدَقُكُمْ حَدِيثًا.

“Yang paling benar mimpinya di antara kalian adalah yang paling jujur”. (Musnad Imam Ahmad bin Hambal)

2. Selalu menjaga kebersihan. Dalam sebuah hadis diceritakan bahwasanya Nabi pernah bertanya kepada para sahabatnya, apakah kalian pernah melihat mimpi yang luas? kemudian sahabat mengisahkan mimpi yang pernah dialaminya kepada Nabi. Kemudian Nabi menjelaskan makna tentang mimpi itu kepada mereka. Suatu saat Nabi bertanya lagi kepada sahabatnya, namun tidak ada satupun dari mereka yang menceritakan mimpinya. Kemudian Nabi bersabda: “Bagaimana mungkin kalian semua akan bermimpi bila kuku kalian semua panjang dan penuh dengan kotoran di dalamnya". Berdasarkan hadis ini, menurut ustadz Abu Said, memotong kuku yang panjang adalah bagian dari kebersihan.

3. Tidur dalam keadaan suci. Diriwayatkan dari Abu Dzar dia berkata: “Kekasihku berwasiat kepadaku tiga hal yang tidak pernah aku tinggalkan hingga aku meninggal duni. Ketiga hal itu adalah puasa tiga hari dalam setiap bulannya,  salat dua rakaat fajar, dan tidur dalam keadaan suci”.

4. Tidur miring ke lambung sebelah kanan. Nabi sangat suka sekali mendahulukan arah kanan dalam setiap hal. Diriwayatkan dalam sebuah hadis bahwa Nabi selalu tidur ke arah lambung sebelah kanan, dan meletakkan tangan kanannya di pipi kanannya, sambil berdoa: “Ya Allah selamatkan lah saya dari adzabmu di hari semua manusia dikumpulkan”.

Diriwayatkan dari Aisyah bahwasanya ketika Aisyah hendak tidur  selalu berdoa: “Ya Allah saya memohon mimpi yang baik dan tidak bohong, mimpi yang bermanfaat dan tidak membahayakan, mimpi dapat dingat dan tidak telupakan”.

Dalam sebagian hadis dijelaskan bahwa termasuk sunnahnya tidur adalah berdoa ketika hendak tidur: “Ya Allah saya berlindung dari mimpi keluar seperma dan mimpi yang buruk, dan belindung dari permainan syetan baik dalam keadaan tidur mupun terjaga”. (Diulas dari kitab Muntakhobul Kalam fii Tafsiril Ahlam karya Ibnu Sirin oleh FT edu).

QONUN IBNU SINA (01)



ILMU KEDOKTERAN DALAM PANDANGAN IBNU SINA


Dalam kitabnya Qonun fit Thib, Ibnu Sina pertama-tama mengulas seputar persoalan-persoalan umum yang ada dalam ilmu kedokteran, seperti definisi ilmu kedokteran dan ruang lingkupnya. Ibnu Sina juga menyoroti persoalan pembagian ilmu kedokteran yang dibagi menjadi dua macam, yaitu ilmu kedokteran yang bersifat teoritis dan praktis. Bahkan, kata Ibnu Sina, ada sebagian pendapat mengatakan bahwa ilmu kedokteran yang bersifat praktis tidak dapat disebut dengan ilmu karena hanya menjelaskan bagaimana cara menangani sebuah penyakit. Ibnu Sina menolak pandangan yang semacam ini.

Menurut Ibnu Sina ilmu kedokteran adalah ilmu yang mempelajari kondisi tubuh, apakah tubuh itu sehat atau sakit, bagaimana kesehatan itu tetap terjaga, dan bagaimana cara menghindari hal-hal yang dapat menggannggu terhadap kesehatan.

Ibnu Sina mengatakan sebagian orang membagi ilmu kedokteran menjadi dua macam, yaitu ilmu yang bersifat teoritis dan praktis. Berdasarkan pembagian ini, kata Ibnu Sina, berarti profesi pun ada dua macam, yaitu profesi teoritis dan praktis.

Menurut Ibnu Sina sebagian ahli berpendapat bahwa ilmu kedokteran praktis tidak dapat disebut dengan ilmu karena hanya mempelajari cara penanganan sebuah penyakit saja. Yang layak disebut sebagai ilmu adalah pengetahuan yang bersifat teoritis.

Bila ilmu kesehatan dibelah menjadi dua, yaitu ilmu yang bersifat teoritis dan praktis, maka secara filosofis, kata Ibnu Sina, perlu diajukan pertanyaan di sini, apa itu ilmu kedokteran teoritis? dan apa itu ilmu kedokteran praktis?

Menurut Ibnu Sina yang dimaksud dengan ilmu kesehatan teortis adalah ilmu yang mempelajari teori-teori kesehatan tanpa menjelaskan bagiamana cara menanganinya. Ibnu Sina mencontohkan bahwa dalam ilmu kesehatan penyakit panas dibagi menjadi tiga macam, serta komposisi tubuh manusia ada sembilan.

Sedangkan menurut Ibnu Sina yang dimaksud dengan ilmu kesehatan yang bersifat praktis itu bukan praktek nyata dalam bentuk tindakan fisik, melainkan sisi lain dari ilmu kesehatan yang mempelajari bagaimana cara mempraktekkan ilmu kesehatan itu. Ibnu Sina memberi contoh bahwa dalam ilmu kesehatan dijelaskan anggota badan yang bengkak serta terasa panas, pertama-tama harus didekatkan dengan lumpur yang berair dan hal-hal yang mendinginkannya. Setelah beberapa saat kemudian, lumpur yang berair itu dicampur dengan sesuatu yang lunak. Jika sudah berkurang rasa panasnya maka cukup dengan sesuatu yang lunak saja dengan agak dilonggarkan.


Menurut Ibnu Sina Ilmu yang mempelajari penanganan penyakit semacam itu juga termasuk salah satu aspek dari ilmu kesehatan yang disebut dengan ilmu praktis. Jika seorang dokter mampu melakukan kedua-duanya, maka orang tersebut telah menguasai dua ilmu sekaligus, yaitu ilmu teoritis dan ilmu praktis, sekalipun dia belum pernah mempraktekkan ilmu di atas secara nyata sama sekali. (Diulas dari Kitab Qonun fi Thib Karya Ibnu Sina Oleh FT edu).

TAFSIR MIMPI (02)



BUKTI BAHWA MIMPI ITU FENOMENA NYATA


Al-Ustadz Abu Said berkata ada sebuah hadis yang menegaskan bahwa mimpi itu adalah sesuatu yang benar adanya serta memiliki hukum dan menjadi kenyataan. Bukti bahwa mimpi benar adanya adalah sebagai berikut:

1. Mimpi Nabi Adam
Mimpi pertama kali yang menjadi kenyataan di bumi, menurut Abu Sa’id, adalah mimpinya Nabi Adam. Dari Wahab bin Munabih berkata bahwasanya Allah memberikan wahyu kepada Nabi Adam: “Engkau telah mengamati seluruh makhluk citapaanku, apakah engaku melihat mereka satu sama lain serupa? Adam menjawab: Tidak wahai Tuhanku. Engkau benar-benar telah memulyakanku dan mengutamakanku, maka jadikanlah untukku seorang pendamping yang mirip denganku sehingga saya meresa nyaman bersamanya, serta ia akan mengesakan-Mu dan menyembah-Mu bersamaku. Kemudian Allah berkata kepada Adam: iya, lalu Allah menimpakan rasa kantuk kepada Adam dan menciptakan Hawa menyerupai bentuknya. Dalam tidurnya Adam bermimpi melihat Hawa. Ketika Adam terbangun Hawa telah duduk di sampingnya, dan Allah berfirman kepada Adam: Wahai Adam siapa yang duduk di sisihmu? Adam menjawab: Susuatu yang telah  aku lihat dalam mimpiku wahai Tuhanku. Itulah, kata Abu Sa’id, mimpi yang pertama kali benar-benar menjadi kenyataan di muka bumi.

2. Mimpi Nabi Ibrahim
Sebagian bukti bahwa mimpi itu adalah nyata adanya adalah kisah Nabi ibrahim yang bermimpi diperintahkan untuk menyembelih salah satu putranya. Peristiwa ini diagendakan oleh Allah dalam firmannya:

يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ (الصفات:١٠٢)

“Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.

Ketika Nabi Ibrahim mengerti dan berusaha memahami kebenaran mimpi yang telah dialaminya maka Allah melapangkan dengan kelembutannya. Dari peristiwa tersebut, menurut Abu Sa’id disimpulkan bahwa mimpi memiliki dampak hukum.

3. Mimpi Nabi Yusuf
Diriwayatkan dari Wahab bin Munabbih bahwasanya Yusuf bin Ya'qub bermimpi. Pada saat itu Yusuf yang masih kecil sedang tertidur di kamar salah satu saudaranya. Dalam mimpinya, ia melihat saudara-saudaranya masing-masing memegang tongkat kokoh yang digunakan untuk menghalau serigala dari kambing gembalaannya. Sedangkan Yusuf hanya memegang tongkat kecil dan tipis yang ia jadikan sebagai tongkat serta untuk melawan serangan hewan buas terhadap kambing gembalaannya. Tongkat itu juga ia gunakan untuk bermain karena saat itu ia masih usia anak-anak. Ketika Yusuf terjaga, waktu itu ia masih belum beranjak dari salah satu kamar saudara-saudaranya, Yusuf berkata kepada saudara-saudaranya: “Wahai saudara-saudaraku apakah engkau mau saya ceritai peristiwa yang aku lihat dalam mimpiku? Mereka menjawab iya, ceritakanlah kepada kami.

Kemudian Yusuf menceritakan mimpinya bahwa dirinya melihat tongkatnya menancap di bumi, kemudian tongkat kalian menancap di sekitar tongkatku. Pada hal tongkatku lebih kecil dan pendek, tapi kemudian memanjang hingga melampui tongkat kalian semua. Kemudian tongkatku berdiri tegak di atas bumi dan tiba-tiba mengeluarkan akar yang membentang di atas permukaan tanah sehingga tongkat kalian semua tercabut dari tanah. Tidak lama kemudian tongkatku bediri tegak dan tongkat kalian tegak lagi di sekeliling tongkatku.

Ketika Yusuf selesai menceritakan mimpinya, saudara-saudaranya berkata: “Tidak lama lagi anak pengembala ini (Yusuf) akan bilang bahwa kita semua adalah hambanya dan dia sendiri adalah majikan.
Setelah tujuh tahun kemudian Yusuf bermimpi lagi. Dalam mimpinya ia melihat bintang, matahari, dan rembulan sebagaimana yang dikisahkan dalam al-Quran :

إِذْ قَالَ يُوسُفُ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ إِنِّي رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَأَيْتُهُمْ لِي سَاجِدِينَ. (يوسف: ٤)

“(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku".

Kemudian Yusuf menceritakan mimpi itu kepada ayahnya, Nabi Ya'qub. Nabi Ya’qub mengerti makna mimpi tersebut dan mengkhawatirkan terhadap keselamatan Yusuf bila saudara-saudaranya mendengar mimpi tersebut. Makna rembulan dalam mimpi itu adalah ayahnya. Sedangkan matahari adalah ibunya. Dan bintang-bintang adalah saudara-saudaranya. Kemudian Nabi Ya'qub berkata kepada Yusuf:

قَالَ يَا بُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُؤْيَاكَ عَلَى إِخْوَتِكَ فَيَكِيدُوا لَكَ كَيْدًا إِنَّ الشَّيْطَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوٌّ مُبِينٌ. (يوسف: ٥)

“Ayahnya berkata: "Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan)mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia".

Sampai akhirnya al-quran mengisahkan:

وَرَفَعَ أَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ وَخَرُّوا لَهُ سُجَّدًا (يوسف: ١٠٠)

“Dan ia menaikkan kedua ibu-bapaknya ke atas singgasana”.

Maksud kata wa rofa’a alal arsy pada ayat di atas bahwasanya Yusuf mendudukkan kedua orang tuanya di atas alas, kemudian membawa keduanya kerumahnya. Karena telah diperlakukan dengan baik oleh Yusuf, akhirnya kedua orang tuanya beserta saudara-saudaranya bersujud untuk memberi hormat kepada Yusuf.

Menurut Abu Sa’id memberi hormat kepada orang lain saat itu dengan cara bersujud. Teradisi hormat ini terus berlangsung hingga datangnya Islam. Setelah Islam datang hormat kepada orang lain dengan cara bersujud diganti dengan berjabat tangan.

4.  Mimpinya Nabi Ya'qub
Sebelum peristiwa yang dilakukan oleh saudara-saudara Yusuf terhadap dirinya, Nabi Ya'qub telah bermimpi sebelumnya. Dalam mimpinya Nabi Ya’qub melihat ada sepuluh serigala mengepung yusuf. Waktu itu Nabi Ya'qub berada di atas Gunung, dan Yusuf berada di tanah yang datar. Kemudian serigala tersebut menimbuni Yusuf dengan tanah. Nabi Ya’qub melihat kejadian itu merasa kasihan kepada Yusuf. Ketika Yusuf sudah tertimbun dengan tanah, serigala itu meninggalkan Yusuf. Kejadian ini dikisahkan dalam al-Quran:

قَالَ إِنِّي لَيَحْزُنُنِي أَنْ تَذْهَبُوا بِهِ وَأَخَافُ أَنْ يَأْكُلَهُ الذِّئْبُ وَأَنْتُمْ عَنْهُ غَافِلُونَ. (يوسف: ١٣)

“Berkata Ya'qub: "Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf amat menyedihkanku dan aku khawatir kalau-kalau dia dimakan serigala, sedang kamu lengah dari padanya".

5. Mimpi Nabi Musa
Kisah Nabi Musa ini telah diceritakan oleh Wahab bahwasanya suatu saat Fir'aun bermimpi sampai-sampai dia merasa ketakutan. Dalam mimpinya dia melihat api muncul dari negeri Syam dan mengarah ke Mesir. Setiap benda yang dilalui akan terbakar olehnya. Bahkan seluruh rumah yang ada di Mesir terbakar semua. Bahkan kota dan benteng pun terbakar oleh api tersebut. Kemudian Fir'aun terbangun karena kaget. Akhirnya dia mengumpulkan semua pejabat-pejabat pentingnya, dan menceritakan kepada mereka mimpi yang telah dialaminya.

Para penasehatnya kemudian berkata: “Jika mimpi paduka benar adanya, maka akan keluar dari negeri Syam seorang anak laki-laki dari keturunan Ya'qub yang akan menghancurkan Mesir beserta penduduknya, dan juga paduka sendiri”.

Mendengar penjelasan para penasehatnya, kemudian Fir’aun memerintahkan untuk menyembelih setiap anak laki-laki yang lahir. Sehingga Allah benar-benar membuktikan kebenaran mimpinya itu, dan segala rekayasa Fir’aun tidak berguna sama sekali. Bahkan Fir'aun sendiri lah yang memelihara Musa sebelum kemudian Musa menghancurkan kekuasaan Fir’aun.

6. Mimpi Rasulullah
Berkenaan dengan mimpi Rasulullah Abu Umamah Al-Bahili berkata: “Bahwasanya saya mendengar Rasulullah bersabda: “Pada saat saya tidur tiba-tiba datang lah dua orang laki-laki memegang lengan atas saya, seraya membawa saya keluar ke sebuah gunung yang jalannya terjal. Lalu kedua orang laki-laki itu berkata kepadaku: “Naiklah”. “Saya tidak kuat”, jawabku. Kemudian dua orang itu berkata lagi kepadaku: “Mari saya bantu”. Akhirnya saya berada persis di atas gunung. Tiba-tiba saya mendengar suara yang sangat keras. Saya bertanya: “Suara apa itu”. Jeritan ahli neraka, jawab dua orang laki-laki itu.

Kemudian saya diajak berjalan dan bertemu dengan sekelompok orang yang tumitnya dibebani oleh beban yang berat. Saya bertanya: “Siapa mereka”, tanyaku. Kedua orang itu menjawab: “Mereka adalah orang yang berpuasa dan makan sebelum waktu puasa berakhir”.

Kemudian kedua orang itu mengajak saya terus berjalan dan saya berjumpa dengan sekelompok orang yang tubuhnya mengelembung dan baunya sangat busuk, seperti bau WC. Kemudian saya bertanya: “Siapa mereka?” Kedua orang laki-laki itu menjawab: “Mereka adalah orang yang berbuat mesum.

Kemudian saya berjalan dan bertemu dengan beberapa anak kecil yang sedang bermain di dua sungai, saya bertanya: “Siapa mereka?” Kedua orang laki-laki itu menjawab: “Mereka adalah anak-anak orang-orang muslim”.

Kemudian dua orang laki-laki itu membawa saya naik. Tiba-tiba saya melihat tiga orang bergerombol sedang minum arak. Saya bertanya kepada dua orang laku-laki itu: “Siapa mereka?” Kedua orang laki-laki itu menjawab: “Dia adalah Zaid, Ja'far, dan Ibnu Rowahih”.

Kemudian kedua orang laki-laki itu membawa saya ke atas lagi di sana saya bertemu dengan tiga orang. Lalu saya bertanya kepada kedua orang laki-laki itu : “Siapa ketiga orang itu?” Kedua orang laki-laki itu menjawab: “Mereka adalah Ibrahim, Musa, dan Isa. Mereka sedang menunggumu, jawab dua orang laki-laki itu.

Dikisahkan dari Ibnu Abbas Rasulullah pernah terkena sihir, kemudian beliau dibawa ke tempat 'Aisyah. Nabi mengeluh sampai-sampai pada kondisi yang sangat mengkhawatirkan. Saat itu Nabi berada dalam keadaan antara sadar dan tidak. Tiba-tiba ada dua malaikat yang satu berada diarah kepala Nabi, dan yang satunya berada di arah kaki. Malaikat yang berada di arah kepala bertanya kepada Malaikat yang berada di arah kaki: “Apa yang kamu keluhkan, agar Nabi mengerti? “Terkena sihir”, jawab malaikat yang berada di arah kaki. Kemudian Mailkat yang berada di bagian kepala bertanya lagi: “Siapa yang melakukannya?” Labid bin al-A'shom al-Yahudi, jawab malaikat yang berada di arah kaki. Kemudian malaikat yang berada di arah kepala bertanya lagi: “Dimana dia melakukannya?” Dia menjawab: di surmur Dzarwan”. Mailakat yang ada di kepala bertanya lagi: “Apa obatnya?” Malaikat yang berada di arah kaki menjawab: “Utuslah orang untuk menguras air sumur itu sampai ke sebuah batu. Lalu angkatlah batu itu, maka di bawahnya akan kau temui tali busur panah yang diikat sebanyak sebelas simpul ikatan, bawalah tali itu kepada Nabi. Setelah dibawa ke hadapan nabi kemudian turunlah surat An-nas dan Al-falaq yang terdiri dari sebelas ayat. Ketika ayat tersebut dibaca oleh Nabi, maka sebelas simpul ikatan itu menjadi lepas. Ketika simpul ikatan itu lepas lalu Nabi dapat berdiri dan sakitnya berkurang. Lalu Nabi membakar tali busur itu. Ibnu Abbas kemudian berkata: “Nabi merintahkan untuk membaca kedua suarat di atas”.

Tak lama kemudian Labid bin al-A'shom al-Yahudi datang kepada Rasulullah, dan Rasulullah tidak berkata apapun. Dari raut wajahnya seakan-akan tidak terjadi apa-apa.


Menurut Ustad Abu Sa'id inilah bukti bahwa mimpi itu adalah fenomena yang nyata bukan hanya sekedar halusinasi belaka. (Diulas dari kitab Muntakhobul Kalam fi Tafsiril Ahlam, Karya Ibnu Sirin Oleh FT edu).

Saturday 27 June 2015

APAKAH MIMPI HANYA HALUSINASI BELAKA, ATAU FENOMENA YANG NYATA?





Menurut Syihabuddin An-Nabilisi tidur adalah rahmat bagi hambanya agar tubuh yang capek dapat beristirahat. Fenomena tidur sekaligus menunjukkan bahwa tidak selamanya ruh mampu mengontrol terhadap tubuh. Tidur menurut An-Nabilisi diumpamkan seperti asap yang menutupi ruh, sehingga fungsi ruh sebagai pengendali tubuh tidak berfungsi. 

Kata An-Nabilisi kalau ruh diibaratkan seperti raja dalam tubuh kita, ketika saat tidur ruh menjadi terkekang sehingga dia tidak dapat mengendalikan tubuh dan seluruh pasukannya, seperti tangan, kaki, telinga, hidung, dan anggota tubuh yang lain juga menjadi tidak berfungsi. Pada saat ruh tidak berfungsi karena dikekang oleh tidur, maka pada saat itu pula, kata An-Nabilisi, Allah menjadikan tiga jiwa.

Pertama, jiwa imajinatif. Jiwa imajinatif ini layaknya cermin. Dia akan menampilkan setiap benda yang dihadapkan ke arahnya. Kedua,  jiwa hafidloh yang fungsinya merekam setiap bayangan yang nampak pada jiwa imajinatif. Ketiga, jiwa mushilah yang fungsinya melaporkan setiap gambar yang terekam oleh jiwa hafidloh kepada ruh sebagai penguasa tubuh ketika kekangan tidur telah hilang. Bahan yang dilaporkan oleh jiwa mushilah itu nanti agar ditindak lanjuti oleh ruh setelah ia terbebas dari kekangan tidur. 

Al-Ustadz Abu Said Al-Wa'id mengatakan bahwa mimpi yang benar itu berasal dari substansi perbuatan, dan fungsinya sebagai peringatan. Ada mimpi yang berupa tanda atau simbol, peringatan, dan kabar gembira. Berdasarkan hal-hal di atas maka menurut Abu Sa’id mimpi adalah bagian dari kenabian. Bahkan, mimpi menurutnya adalah salah satu dari dua sisi kenabian itu sendiri.

Menurut Abu Said seorang nabi dan rasul bisa dibedakan dari cara mereka menerima wahyu.  Seorang nabi akan memperoleh wahyu melalui mimpi. Sedangkan rasul memperoleh wahyu melalui ucapan malikat yang ia terima dalam keadaan terjaga.

Abi Ali Ar-Rofa' meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwasanya Nabi bersabda: “Bila dunia ini mendekati kiamat maka mimpi orang islam akan menjadi keruh, dan mimpi orang Islam yang paling benar adalah mereka yang paling benar ucapannya. Sedangkan mimpi orang yang beriman adalah bagian dari 46 kenabian”.

Dilihat dari sumbernya mimpi ada tiga macam, pertama; mimpi baik yang berupa kabar gembira. Mimpi ini berasal dari Allah. Kedua, mimpi yang mengisahkan tentang orang yang bermimpi. Ketiga, mimpi sedih. Mimpi ini berasal dari kekuatan jahat atau setan. Barangsiapa di antara kalian mengalami mimpi buruk, maka jangan lah diceritakan kepada orang lain. Hendaknya orang tersebut bangun dan melakukan salat sunnah.

Abu Umar Muhammad bin Mathor menceritakan dari 'Aisyah bahwasanya Nabi bersabda: “Tidak ada kenabian sesudahku kecuali pembawa kabar gembira. Kemudian sahabat bertanya: Wahai Rasulullah apa gerangan pemabawa kabar gembira itu ? Nabi menjawab: “Mimpi yang baik dimana seseorang bermimpi tentang dirinya atau orang lain bermimpi tentang orang tersebut”.

Abu Abdillah al-Mahbali meriwayatkan sebuah hadis dari jalur Ibnu Shomit. Ibnu Shomit berkata bahwa dirinya pernah bertanya kepada Rasullah tentang ayat :

الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ . لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ لَا تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ. (يونس: ٦٣-٦٤)

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan senantiasa bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Tidak ada perubahan bagi janji-janji Allah. Demikian itulah kemenangan yang agung”.

Nabi bersabda sesungguhnya engkau bertanya kepadaku tentang sesuatu yang belum pernah ditanyakan oleh orang lain kepadaku, yaitu mimpi yang baik dimana seseorang bermimpi tentang diriya atau dimimpikan oleh orang lain. (Diulas dari Kitab Muntakhobul Kalam fi tafsiril Ahlam, Karya Ibnu Sirin dan ِKitab Al-Badrul Munir fi Ilmit Ta'bir, Karya Syihabuddin An-Nabilisi Al-Hambali oleh FT edu) 

Friday 19 June 2015


ISLAM SEBAGAI SITEM KEMASYARAKATAN 
DALAM PANDANGAN KH. ABDURRAHMAN WAHID



Menurut Gus Dur dalam mengkaji sistem kemasyarakatan seharusnya bukan hanya struktur kehidupannya yang bersifat organisatoris belaka, melainkan pengaruh tata nilai kehidupan yang ada dalam sebuah masyarakat terhdap prilaku para warganya.

Bila kita menganalisis sistem kemasyarakatan umat islam di Indonesia, maka tidak cukup hanya menghitung berapa jumlah ormas Islam yang ada, dan kemudian membuat kategori, seperti NU, Muhammadiyah, Ahmadiyah, dan lain sebaginya.

Gus Dur menegaskan bahwa Islam sebagai sistem kemasyarakatan haruslah  dikaji dari sudut hubungan timbal balik antara tata nilai kehidupan dan prilaku warganya. Tata nilai kehidupan dalam masyarakat menurut Gus Dur bersifat independen. Demikian halnya dengan sikap dan prilaku masyarakat yang ada di dalamnya.

Gus Dur mengatakan bawha dalam mengkaji hubungan antara keduannya ada beberapa perangkat penting yang harus diamati perkembangannya:
  1. Orientasi nilai dan pola kelembagaannya;
  2.  Motivasi penyimpangan di dalamnya;
  3.  Mekanisme control;
  4.  Tata keyakinan.
Menurut Gus Dur ke empat perangkat di atas akan memberikan warna tersendiri terhadap corak kehidupan masyarakat. Warna itu sering kita sebut dengan ciri, watak atau gaya hidup. Gus Dur menengarahi bahwa pemahaman kaum muslimin terhadap sistem kemasyarakatan Islam secara historis sangat berneka ragam. Setidaknya ada tiga ciri umum yang dapat dikemukakan:
  1. Terlalu mengidialkan masyarakat Islam itu sendiri.
  2. Sangat subjektif karena tidak adanya jarak antara ilmuan sebagai pengkaji dan Islam sebagai agama yang diyakininya. Subjektifitas di atas pada akhirnya melahirkan sebuah sikap yang mendambakan masyarakat ideal di muka bumi ini. Sikap yang semacam itu tentunya, kata Gus Dur, akan mempengaruhi objektivitas pemahaman terhadap sistem masyarakat Islam, dan akhirnya pemahaman yang dihasilkan tidak sepernuhnya realistis.
  3. Non-kompromistis dalam menggambarkan ciri, dan watak serta gaya hidup masyarakata Islam. Hal ini menyababkan hasil pemahaman menjadi lepas dari konteks kesejarahan.
Ketiga hal di atas adalah ciri umum dari pemahaman kaum muslimin terhadap sistem masyarakat Islam. Gus Dur mensinyalir bahwa perkembangan sejarah Islam selalu menunjukkan dua hal:
  1. Semakin merosotnya kekuatan sosio-politik umat islam;
  2. Semakin berkembangnya sosio-kultural umat Islam.
Menurut Gus Dur kemunduran sosio-politik mengakibatkan rasa pasimisme dan rasa tidak percaya diri. Sedangkan peningkatan sosio-kultural yang semakin berkembang pesat melahirkan harapan akan bangkitnya jaman ke emesan Islam. Kombinasi dua sikap ini kemudian melahirkan sikap baru, yaitu perlarian kepada kejayaan masa lampau kehidupan masyarakat Islam secara keseluruhan.
Contoh terbaik dalam hal ini adalah gerakan moderanisasi Islam yang sepenuhnya diarahkan untuk menciptakan sistem masyarakat Islam masa lampau dengan baju ideologi masa kini. Gerakan moderenisasi di atas kemudian menghasilkan pemahaman yang dangkal terhadap corak kehidupan peradaban Islam di masa lampau, dan secara otomatis melahirkan pemahaman tentang islam sebagai sistem kemasyarakatan yang dangkal.

Menurut Gus Dur penyebab dangkalnya pemahaman terhadap corak kehidupan peradaban Islam seperti di atas, disebabkan oleh dua hal:
  1.  Mentahnya penceranaan gagasan dan pengetahuan yang diterima dari luar;
  2. Lemahnya dalam memahami faktor kemunduran  sosio-politis dan peningkatan sosio-kultural  yang digambarkan di atas.  
Kedua sebab ini, kata Gus Dur, saling terkait satu sama lain dalam sebuah lingkaran setan yang tak berkeputusan. Bahkan Gus mengatakan keduanya merupakan bagian dari benturan budaya antara peradaban Islam dengan peradaban-peradaban lain. Sikap bertahan terhadap serangan-serangan budaya dari luar yang dikombinasikan dengan sikap menyerang yang didasari oleh sebuah keyakinan akan kebenaran sendiri, akan membawa kepada mentahnya pencernaan dan sekaligus pemahaman yang tidak realistis.

Berangkat dari fenomena pemahan yang dangkal terhadap Islam sebagai sistem sosial, Gus Dur mengajukan beberapa premis yang dapat dijadikan sebagai bahan kajian lebih lanjut. Menurut Gus Dur prasyarat dalam menyusun Teori Sistem Kemasyarakatan Islam haruslah meliputi tiga bidang :
  1. Pengetahuan tentang pertumbuhan Islam secara historis melalui studi kesejarahan klasik. Termasuk dalam studi ini semua bidang yang terkait dengan perkembangan sejarah, seperti studi perkembangan bahasa dan budaya, perkembangan perekonomian, politik, dan administrasi. Kajian terhadap sejarah ini, kata Gus Dur, akan memberikan peta tentang kekuatan dan kelemahan Islam sebagai peradaban. Hal ini sangat penting dimiliki dalam menyusun pengenalan yang mendalam terhadap watak prinsip Islam sebagai tata kehidupan;
  2. Pengetahuan tentang pemikiran yang sistematis dan relevan dengan kenyataan objektif kehidupan kaum muslimin dalam rentang waktu berabad-abad lamanya dengan menggunakan perangkat yang telah disebutkan di atas. Pendekatan empiris dan sistematis ini akan menumbuhkan ketajaman dalam analisis di kalangan umat Islam yang ingin melakukan pemahaman mendalam dan mendetail terhadap Islam sebagai sistem sosial.
  3.  Pembenahan ideologi sebagai sarana bagi kedua jenis pengetahuan di atas. Yang dimaksud dengan pengetahuan tentang ideologi di sini menurut Gus Dur adalah pemberian perhatian yang cukup besar di kalangan umat Islam atas pentingnya pengkajian mendalam tentang kehidupan beragama mereka sebagai sistem kemasyarakatan. Perhatian semacam itu pada gilirannya akan membawa kita kepada pemberian prioritas kepada studi kesejarahan dan analisis empiris yang merupakan prasyarat bagi pemahaman yang sehat dan berimbang.
Sedangkan aspek-aspek yang harus dikaji secara mendalam dari Islam sebagai system kemasyarakatan menurut Gus Dur adalah :

a.      Aspek kelembagaan. Aspek kelembagaan ini meliputi:
  1. Proses dinamisasi pranata hukum agama sepanjang sejarah yang meliputi aspek ifta’, tasyri’, dan qodlo’. Menurut Gus Dur pranata hukum selalu mengalami perubahan dan perkembangan seiring perubahan realitas yang dihadapi umat muslim. Inilah kata Gus Dur yang harus dikaji dalam aspek pranata hukum;
  2.  Proses perluasan dogma atau aqidah sepanjang sejarah perkembangan Islam itu sendiri. Proses perluasan ini tidak melalui jalan yang rata dan mulus, melainkan turun naik, mengembang dan mengerut seperti zig-zag. Namun menurut Gus Dur secara kesluruhan proses ini memperlihatkan pola perluasan yang berjangka panjang;
  3. Proses perkembangan islam sebagai gerakan. Menurut Gus Dur Gerakan ke agamaan dalam Islam memegang peranan penting. Ia akan memberi warna nyata kepada tata kehidupan Islam sendiri;
  4. Proses re-orientasi dakwah yang terjadi secara terus menerus dalam kaitan dengan perkembangan politik-militer yang terjadi di suatu masa;
b.      Aspek nilai yang meliputi dua bidang berikut:
  1.  Aspek tumbuhnya orientasi nilai Islam yang bersifat universal dalam tahap-tahap perkembangan kesejarahan yang berbeda-beda;
  2. Institusionalisasi penyimpangan yang ditolelir, atau dengan kata lain studi mendalam atas gerakan-gerakan pembaharuan dalam sejarah Islam yang panjang. Termasuk dalam kategori institusionalisasi penyimpangan ini adalah upaya dinamisasi yang biasanya tidak dimasukkan dalam gerakan pembaharuan, yang sering dirumuskan sebagai reformasi dari pada sebagai interaksi antara reformasi dan reformasi-tandingan.
c.      Aspek padangan kaum muslimin terhadap kekuasaan, yang meliputi semua proses de-ideologisasi  dan re-ideologisasi yang pernah berlangsung dalam sejarah masyarakat Islam.

Menurut Gus Dur kesemua aspek di atas, beserta bidang-bidangnya haruslah dikaji lebih mendalam dalam upaya memahami Islam sebagai sistem masyarakat.