Menu

Amazon

Lazada

Saturday 27 June 2015

APAKAH MIMPI HANYA HALUSINASI BELAKA, ATAU FENOMENA YANG NYATA?





Menurut Syihabuddin An-Nabilisi tidur adalah rahmat bagi hambanya agar tubuh yang capek dapat beristirahat. Fenomena tidur sekaligus menunjukkan bahwa tidak selamanya ruh mampu mengontrol terhadap tubuh. Tidur menurut An-Nabilisi diumpamkan seperti asap yang menutupi ruh, sehingga fungsi ruh sebagai pengendali tubuh tidak berfungsi. 

Kata An-Nabilisi kalau ruh diibaratkan seperti raja dalam tubuh kita, ketika saat tidur ruh menjadi terkekang sehingga dia tidak dapat mengendalikan tubuh dan seluruh pasukannya, seperti tangan, kaki, telinga, hidung, dan anggota tubuh yang lain juga menjadi tidak berfungsi. Pada saat ruh tidak berfungsi karena dikekang oleh tidur, maka pada saat itu pula, kata An-Nabilisi, Allah menjadikan tiga jiwa.

Pertama, jiwa imajinatif. Jiwa imajinatif ini layaknya cermin. Dia akan menampilkan setiap benda yang dihadapkan ke arahnya. Kedua,  jiwa hafidloh yang fungsinya merekam setiap bayangan yang nampak pada jiwa imajinatif. Ketiga, jiwa mushilah yang fungsinya melaporkan setiap gambar yang terekam oleh jiwa hafidloh kepada ruh sebagai penguasa tubuh ketika kekangan tidur telah hilang. Bahan yang dilaporkan oleh jiwa mushilah itu nanti agar ditindak lanjuti oleh ruh setelah ia terbebas dari kekangan tidur. 

Al-Ustadz Abu Said Al-Wa'id mengatakan bahwa mimpi yang benar itu berasal dari substansi perbuatan, dan fungsinya sebagai peringatan. Ada mimpi yang berupa tanda atau simbol, peringatan, dan kabar gembira. Berdasarkan hal-hal di atas maka menurut Abu Sa’id mimpi adalah bagian dari kenabian. Bahkan, mimpi menurutnya adalah salah satu dari dua sisi kenabian itu sendiri.

Menurut Abu Said seorang nabi dan rasul bisa dibedakan dari cara mereka menerima wahyu.  Seorang nabi akan memperoleh wahyu melalui mimpi. Sedangkan rasul memperoleh wahyu melalui ucapan malikat yang ia terima dalam keadaan terjaga.

Abi Ali Ar-Rofa' meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwasanya Nabi bersabda: “Bila dunia ini mendekati kiamat maka mimpi orang islam akan menjadi keruh, dan mimpi orang Islam yang paling benar adalah mereka yang paling benar ucapannya. Sedangkan mimpi orang yang beriman adalah bagian dari 46 kenabian”.

Dilihat dari sumbernya mimpi ada tiga macam, pertama; mimpi baik yang berupa kabar gembira. Mimpi ini berasal dari Allah. Kedua, mimpi yang mengisahkan tentang orang yang bermimpi. Ketiga, mimpi sedih. Mimpi ini berasal dari kekuatan jahat atau setan. Barangsiapa di antara kalian mengalami mimpi buruk, maka jangan lah diceritakan kepada orang lain. Hendaknya orang tersebut bangun dan melakukan salat sunnah.

Abu Umar Muhammad bin Mathor menceritakan dari 'Aisyah bahwasanya Nabi bersabda: “Tidak ada kenabian sesudahku kecuali pembawa kabar gembira. Kemudian sahabat bertanya: Wahai Rasulullah apa gerangan pemabawa kabar gembira itu ? Nabi menjawab: “Mimpi yang baik dimana seseorang bermimpi tentang dirinya atau orang lain bermimpi tentang orang tersebut”.

Abu Abdillah al-Mahbali meriwayatkan sebuah hadis dari jalur Ibnu Shomit. Ibnu Shomit berkata bahwa dirinya pernah bertanya kepada Rasullah tentang ayat :

الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ . لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ لَا تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ. (يونس: ٦٣-٦٤)

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan senantiasa bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Tidak ada perubahan bagi janji-janji Allah. Demikian itulah kemenangan yang agung”.

Nabi bersabda sesungguhnya engkau bertanya kepadaku tentang sesuatu yang belum pernah ditanyakan oleh orang lain kepadaku, yaitu mimpi yang baik dimana seseorang bermimpi tentang diriya atau dimimpikan oleh orang lain. (Diulas dari Kitab Muntakhobul Kalam fi tafsiril Ahlam, Karya Ibnu Sirin dan ِKitab Al-Badrul Munir fi Ilmit Ta'bir, Karya Syihabuddin An-Nabilisi Al-Hambali oleh FT edu) 

No comments:

Post a Comment