Mimpi bila ditinjau dari waktu terjadinya
adalah sebagai berikut. Mimpi yang paling mendekati kebenaran adalah mimpi yang
terjadi pada siang hari atau sepertiga malam terakhir. Diriwayatkan dalam
sebuah hadis bahwa Nabi pernah bersabda: “Mimpi yang mendekati kebenaran adalah
mimpi yang terjadi pada waktu sahur”.
Dalam hadis lain diceritakan: “Mimpi yang
paling mendekati kebenaran adalah mimpi yang terjadi pada waktu siang hari
karena Allah memberi wahyu kepada saya pada siang hari”.
Diriwayatkan dari Ja'far bin muhammad
Ash-Shodik dia berkata: “Mimpi yang mendekati kebenaran adalah mimpi yang
terjadi pada waktu qoilulah (siang hari menjelang waktu dzuhur).
Etika Orang Yang Bermimpi
Ada etika yang bharus dipegang teguh oleh
orang yang bermimpi. Etika orang yang bermimpi adalah sebagai berikut:
1. Tidak menceritakannya kepada orang
yang dengki. Hal ini didasarkan kepada kisah Nabi Ya'qub yang berpesan kepada
Nabi Yusuf seperti yang diagendalan dalam al-Quran :
لَا تَقْصُصْ رُؤْيَاكَ
عَلَى إِخْوَتِكَ فَيَكِيدُوا لَكَ كَيْدًا
"Janganlah kamu ceritakan mimpimu
itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan)
mu".
2. Tidak menceritakan kepada orang yang
tidak mengerti. Hal ini di dasarkan pada hadis Nabi yang mengatakan:
لاَتَقْصُصْ رُؤْيَكَ
إِلاَّ عَلَى حَبِيْبٍ أَوْ لَبِيْبٍ
“Jangan engkau ceritakan mimpimu kecuali
kepada orang yang engkau cintai atau orang yang pandai (ahlinya)”.
3. Tidak berbuat bohong dengan mimpinya.
4. Tidak menceritakan kecuali dengan
suara yang pelan.
5. Tidak menceritkan kepada anak kecil
atau perempuan
6. Dianjurkan menceritakan mimpinya pada
permualan tahun atau dipagi hari, bukan pada waktu sore atau pertengahan tahun.
Etika Orang Yang Menafsirkan Mimpi
Etika bagi orang yang menafsirkan mimpi
adalah sebagai berikut:
1. Orang yang menafsirkan mimpi orang
lain hendaklah berkata bahwa mimpi ini baik untukmu. Hal ini didasarkan pada
hadis nabi. Nabi ketika menafsirkan mimpi akan berkata: Engkau akan menemukan
kebaikan dariad itu dan dijauhkan dari keburukannya. Mimpi itu baik bagi kita
dan buruk bagi musuh kita. Alhamdulilahi robbil alamin, saya telah menafsirkan
mimpimu;
2. Menafsirkan dengan sebagi-baiknya
penafsiran. Nabi bersabda: Mimpi itu sesuai dengan apa yang kita tafsirkan.
Diriwayatkan dalam hadis lain: “Mimpi bagi seseorang seperti sesuatu yang
berada di awang-awang, selama mimpi itu tidak diceritakan kepada orang lain.
Bila diceritakan kepada orang lain maka apa yagn ada dalam mimpi itu akan terjadi”;
3. Mendengarkan dengan seksama terhadap mimpi yang diceritakan kepadanya;
4.
Harus teliti dalam menafsirkan mimpi dan tidak boleh buru-buru;
5. Tidak menyebar luaskan mimpi yang
telah ditafsirkannya karena mimpi itu baginya amanah;
6. Menafsirkannya pada saat matahari
terbit atau sedang berada di tengah-tengah, atau setelah matahari terbenam;
7. Mampu memilah-milah orang yang
bermimpi. Seorang penafsir mimpi tidak boleh
menafsirkan mimpi seorang pemimpin di hadapan rakyatnya, karena makna
mimpi akan berbeda pada tiap-tiap orang. Bila seorang perempuan bermimpi, dan
dia tidak memiliki keluarga, maka mimpi
boleh diceritkan kepada suaminya. Bila anak kecil bermimpi maka mimpi itu dapat
diceritkan kepada kedua orang tuanya;
8. Hendaknya memahami secara mendalam
terhadap mimpi yang akan ditafsikan. Bila mimpi itu baik maka bilang lah baik
dan berilah kabar gembira kepada orang yang bermimpi sebelum ditafsirkannya.
Bila mimpi itu kurang baik maka jangan ditafsirkan atau tafsirkan lah dengan kemungkinan
yang baik. Bila sebagian baik dan sebagian lagi buruk, maka kalkukasi antara
kebaikan dan keburukannya, kemudian ambil yang paling banyak kebaikannya. Bila
seorang penafsir mimpi mengalami kesulitan maka bertanyalah nama orang yang
bermimpi, kemudian tafsirkan sesuai dengan namanya. Hal ini berdasarkan hadis
nabi yang mengatakan bila kalian mendapati kesulitan dalam menafsirkan mimpi,
maka ambillah beberapa nama. Bila nama orang yang bermimpi itu Sahal maka
tafsirkan kalau dia akan mendapatkan kemudahan, bila orang yang bermimpi itu
bernama Muhammad, maka tafsirkan bahwa ia akan memperoleh pujian.
Menurut Abu Said hukumnya makruh
menafsirkan mimpi pada hari selasa karena pada hari itu bertepatan dengan
peristiwa pembunuhan di dinia ini pertama kali terjadi. Dan hukumnya juga
makruh menafsirkan mimpi pada hari rabu, karena pada hari itu adalah hari sial.
Selain kedua hari itu boleh menafsirkan mimpi. (Diulas dari kitab
Muntkhobul Kalam fii Tafsiril Ahlam karya Ibnu Sirin oleh FT Education).
No comments:
Post a Comment