Orang tahu belum
tentu mengerti. Orang bisa dalil belum tentu memahami. Orang yang mengaku
kembali kepada al-Quran dan as-sunnah belum tentu etikanya mencerminkan ajaran
al-Quran dan as-sunnah. Indahnya perkataan ibarat kecantikan luar, sedang
indahnya akhlaq ibarat kecantikan batin (inner beauty). Itulah sedikit
penjabaran dari penggalan sabda Nabi yang mengatakan: “pandai membaca al-Quran
namun hanya sebatas kerongkongan”.
Apa bahaya orang
yang pandai membaca al-Quran hanya sebatas kerongkongan, berikut kisahnya. Gus
Dur pernah bertemu dengan seorang penulis cerita anak-anak, artikel kelahiran
Jerman, ibu Sholihah dari Turki. Dia menceritakan kepada Gus Dur sebuah peristiwa
yang ganjil diakal, namun terjadi dalam kenyataan umat Islam.
Ibu Sholikhah
mengisahkan: “Dulu di Sivas, Turki, ada 37 intlektual Turki berkumpul membahas
sesuatu. Tiba-tiba di luar ada yang melaporkan kepada seorang muballigh lokal
bahwa dari 37 intlektual itu ada yang atheis (tidak percaya Tuhan). Mendengar laporan
tersebut, spontan sang muballig menyuruh mebakar tempat pertemuan tersebut. Akhirnya
ke-37 intlektual hangus terbakar dan meninggal dunia.[1]
Sebagai orang Islam,
entah itu Wahabi, HTI, IM, FPI, NU, Muhammadiyah, ketika melihat kejadian di
atas kira-kira apa yang terbesit dalam pikiran kita? Rahmatkah Islam, atau
sebaliknya, haruskah semacam itu kita dalam beragama, patutkah muballig itu
kita sebut berakhlaqul karimah. Tolong dijawab dengan hati nurani yang paling
dalam.
Itulah mengapa sebagian
besar umat Islam Indonesia sampai hari kiamat pun akan selalu menolak faham
Wahabi dan kroni-kroninya berkembang di bumi pertiwi yang kita cintai ini.
Indonesia tidak butuh khilafah kalau pada akhirnya meyebabkan banjir darah, dan
memporak-porandakan persatuan. Sebuah dalil yang tak dipahami lebih mahal dari
nyawa manusia. Maaf Wahabi terpaksa Indonesia menolakmu. Jangan kau usik
ketenangan kami. Di negeri ini, kami lebih tahu bagaimana cara berislam dari
pada Anda. Jangan lah engkau mencoba menggurui kami. (Diulas dari buku
Misteri Kata-Kata karya KH. Abdurrahman Wahid oleh FT edu)
Tampaknya ada kesalahan informasi tentang Wahabi dan NU,ajaran NU sama dengan ajaran WAHABI http://www.pkspiyungan.org/2015/07/90-ajaran-nu-sama-dengan-ajaran-wahabi.html?m=1
ReplyDeleteWahh Om,,sumber beritanya kenapa dr payungan? Ckckck gak valid mahh
DeleteBlajar ngaji kok sama puyengan..
Deleteheheh,,,orang wahabi kalau terdesak mereka ngaku-ngaku mirip...hehehe...
Deletesudah ...dibaca dulu baru komeng...
Deletememang apa sih yang salah dari ajaran wahabi?dia bidah?gak juga tuh...karena hukum pastinya al-quran dan hadis....dan sebenernya siapa sih yg bikin perumpahan darah di irak suriah dan kawan-kawan?klo gak amerika ya pemerintahnya sendiri yaitu orang syiah....siapa yg kudeta di yaman?wahabi?jelas syiah houthi.....siapa yg membunuh ratusan ribu nyawa di syiria?wahabi?Isis dan pemerintah syiah yg melakukannya...siapa yg mengkobarkan perang sipil di irak dengan alasan Nuklir ?Amerika dan segenap teman-temannya....kenapa arab menyerang yaman?karena politik...ya jelas politik karena syiah houthi ingin mengambil alih tampuk kekuasaan...dan kekuasaan itu bersifat politik...
Kata2 Gusdur koq dijadikan panutan...
ReplyDeleteApakah wahabi berbeda dengan para wali silahkan baca.
ReplyDelete.TAHLIL DALAM DIALOG SUNAN AMPEL DENGAN SUNAN KALIJOGO
Berikut adalah dokumen yang bisa di pertanggung jawabkan kebenarannya sehubungan dengan kisah-kisah Walisongo.
BUKU ”HET BOOK VAN BONANG” [1]
Buku ini ada di perpustakaan Heiden Belanda, yang menjadi salah satu dokumen langka dari jaman Walisongo. Kalau tidak dibawa Belanda, mungkin dokumen yang amat penting itu sudah lenyap. Buku ini ditulis oleh Sunan Bonang pada abad 15 yang berisi tentang ajaran- ajaran Islam.
Dalam naskah kuno itu diantara nya menceritakan tentang Sunan Ampel memperingatkan Sunan Kalijogo yang masih melestarikan selamatan.
”Jangan ditiru perbuatan semacam itu karena termasuk BIDA’H”.
Sunan Kalijogo menjawab : “Biarlah nanti generasi setelah kita ketika Islam telah tertanam di hati masyarakat yang akan menghilangkan budaya tahlilan itu”.
Dalam buku Kisah dan Ajaran Wali Songo yang ditulis H. Lawrens Rasyidi dan diterbitkan Penerbit Terbit Terang Surabaya juga mengupas panjang lebar mengenai masalah ini. Dimana Sunan Kalijogo, Sunan Bonang, Sunan Kudus, Sunan Gunungjati dan Sunan Muria (kaum abangan) berbeda pandangan mengenai adat istiadat dengan Sunan Ampel, Sunan Giri dan Sunan Drajat (kaum putihan). Sunan Kalijogo mengusulkan agar adat istiadat lama seperti selamatan, bersaji, wayang dan gamelan dimasuki rasa keislaman.
Sunan Ampel berpandangan lain : “Apakah tidak mengkhawatirkannya di kemudian hari bahwa adat istiadat dan upacara lama itu nanti dianggap sebagai ajaran yang berasal dari agama Islam ? Jika hal ini dibiarkan nantinya akan menjadi BID’AH ?
Sunan kudus menjawabnya bahwa ia mempunyai keyakinan bahwa di belakang hari ada yang menyempurnakannya (hal 41, 64).
Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Gunung Jati dan terutama Sunan Giri berusaha sekuat tenaga untuk menyampaikan ajaran Islam secara murni, baik tentang aqidah maupun ibadah. Dan mereka menghindarkan diri dari bentuk singkretisme / mencampurkan, memadukan ajaran Hindu dan Budha dngn Islam.
Tetapi sebaliknya Sunan Kudus, Sunan Muria dan Sunan Kalijaga mencoba menerima sisa-sisa ajaran Hindu dan Budha di dalam menyampaikan ajaran Islam.
Sampai saat ini budaya itu masih ada di masyarakat kita, seperti sekatenan, ruwatan, shalawatan, tahlilan, upacara tujuh bulanan dll.
[Sumber : Abdul Qadir Jailani, Peran Ulama dan Santri Dalam Perjuangan Politik Islam di Indonesia, hal. 22-23, Penerbit PT. Bina Ilmu].
NASEHAT SUNAN BONANG
Salah satu catatan menarik yang terdapat dalam dokumen “Het Book van Mbonang” itu adalah peringatan dari sunan Mbonang kepada umat untuk selalu bersikap saling membantu dalam suasana cinta kasih, dan mencegah diri dari kesesatan dan BID’AH.
Bunyinya sebagai berikut : “Ee..mitraningsun ! Karana sira iki apapasihana sami-saminira Islam lan mitranira kang asih ing sira lan anyegaha sira ing dalalah lan bid’ah“.
Artinya :
“Wahai saudaraku ! Karena kalian semua adalah sama-sama pemeluk Islam maka hendaklah saling mengasihi dengan saudaramu yang mengasihimu. Kalian semua hendaklah mencegah dari perbuatan sesat dan BIDA’H.
______________
[1] Dokumen ini adalah sumber tentang walisongo yang dipercayai sebagai dokumen asli dan valid. yang tersimpan di Museum Leiden, Belanda. Dari dokumen ini telah dilakukan beberapa kajian oleh beberapa peneliti. Diantaranya thesis Dr. Bjo Schrieke tahun 1816, dan Thesis Dr. Jgh Gunning tahun 1881, Dr. Da Rinkers tahun 1910, dan Dr. Pj Zoetmulder Sj, tahun 1935.
hehehe.....kita kembali kepada faktanya saja mass...yang haram dari tahlil itu apanya...kalau tahlil itu karena perbuatan yang baru....lalu anda memamkai hadis andalan kullu bid'atin sekali lagi pemahaman wahabi dalam terhadap hadis itu lemah dan tidak konsisten...bukan hadisnya lemah melainkan pemahamannya yang lemah. Kenapa saya katakan lemah karena anda terlalu mengeneralisir hadis tersebut...disamping juga ada penafsiran yang lain yang tidak sama dengan penafsiran anda...
ReplyDeletehehehe.....kita kembali kepada faktanya saja mass... yang memerintahkan atau yang memberi contoh tahlilan/keduri kematian itu siapa, adakah landasan hukumnya? Kecuali anda anggap itu bukan ritual ibadah. Apakah nabi SAW melakukan? Bagaimana dengan para sahabat? Bukan kah telah sempurna agama.yg dibawakan oleh nabi SAW? Siapakah kita dengan berani menambah nambah yg.telah sempurna sesuai yg dicontohkan oleh nabi SAW?
Deletebarjono...heheheh daripada saya ikut pendapat atsimin lebih baik ikut pendapat Gus Dur,,heheheheh....
ReplyDeleteYg penting jgn menyelisihi nabi muhammad dlm syariat
ReplyDeleteYg penting jgn menyelisihi nabi muhammad dlm syariat
ReplyDelete