Menu

Amazon

Lazada

Sunday 2 August 2015

TOKOH ISLAM NUSANTARA DARI BASHRAH


Judul di atas mungkin terkesan janggal karena secara teritorial antara Bahsrah dan Nusantara tidak ada keterkaitan. Namun salah satu hal yang memberikan inspirasi terhadap lahirnya gagasan Islam Nusantara adalah tokoh terkemuka dalam bidang ilmu bahasa yang bernama Imam Khalil bin Ahmad Al-Farahidi (100 H/718), penulis kamus Al-‘Ain, yaitu kamus Arab pertama kali. Para pencinta ilmu Nahwu tidak asing dengan nama Imam Khalil yang menjadi guru Imam Sibaweh penulis Al-Kitab.

Menurut Gus Dur dalam bukunya Misteri Kata-Kata sejak zaman dulu para ulama kita selalu menggunakan pendekatan budaya, tidak keras dan juga tidak uring-uringan bila melihat sesuatu yang menyimpang dari ajaran agama. Gus Dur mencontohkan sosok Imam Khalil bin Ahmad Al-Farahidi. Beliau adalah ulama besar dalam bidang ilmu bahasa, sekaligus orang yang sangat saleh. Sekalipun demikian beliau adalah seorang pecinta filsafat Yunani. Hal ini dapat dilihat dari Kamus Al-A’in yang beliau tulis sepenuhnya memakai kategorisasi filsafat Yunani Kuno. Pada hal dalam ilmu Yunani kuno, agama tidak mendapatkan tempat. Ilmu Yunani lebih fokus membahas tentang fisika, ekonomika, politika dan lain-lain.[1]

Untung saja faham Wahabi saat itu belum lahir. Kalau seandainya Imam Khalil hidup pada masa kini dan bertemu dengan orang Wahabi, pasti beliau akan dikafirkan, diliberalkan, dan dibid’ahkan karena telah mempelajari dan menggunakan metode ilmu Yunani dalam menulis kitab kamus Al-‘Ainnya.

Kemudian yang menjadi pertanyaan, pantaskah kita memberi setatus kafir, liberal atau bid’ah kepada Imam Khalil Al-Farahidi yang telah memberikan sumbangan besar terhadap keilmuan Islam, terutama dalam ilmu bahasa dan sekaligus sangat berjasa dalam menyelamatkan kemurnian bahasa Arab dari bahasa lain?[2] Apakah dengan menyerap budaya Yunani, Imam Khalil telah mengubah doktrin ajaran Islam, bahasa Arab dirubah menjadi bahasa Yunani? Apakah setelah menguasai kebudayaan Yunani Imam Khalil anti terhadap bahasa Arab? Jika benar demikian, beliau tidak akan menulis kamus bahasa Arab Al-‘Ain.

Pantaskah kita memberi vonis sebagai pencipta bid’ah kepada guru Imam Ahmad bin Hambal, yaitu Imam Asy-Syafi’i yang telah menciptakan kaidah-kaidah dalam pengambilan hukum yang nyata-nyata tidak pernah ada pada zaman Nabi?

Orang yang menghamba terhadap “Kata” akan melihat luasnya ajaran Islam dari lobang kunci pintu yang diciptakan oleh para ulama-ulama mereka. Islam yang ramah, akhirnya dibuat seperti hantu yang menakutkan. Islam yang ramah dipaksa menjadi Islam berdarah demi khilafah. Oh...ternyata akhlaq yang telah diajarkan oleh Nabi tempo dulu itu, kini telah tumbuh subur di bumi pertiwi, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berasaskan Pancasila. (Diulas dari kitab Syarah Al-Jurmiyah, karya Dr. Hasan bin Muhammad Al-Hifdzi, buku Misteri Kata-Kata, Islam Kosmopolitan karya KH. Abdurrahman Wahid Oleh FT edu)




[1]. KH. Abdurrahman Wahid, Islam Kosmopolitan, (The Wahid Istitute, Jakarta), cet. I, th. 2007, hal. 12, bandingkan: KH. Abdurrahman Wahid, Misteri Kata-Kata, Pensil-324, cet. I, th. 2010, hal. 112
[2]. Beliau generasi kedua setelah Abul Aswa Ad-Du’ali dalam mengembangkan proyek penulisan Ilmu Nahwu dan Sharraf, lihat Dr. Hasan bin Muhammad al-Hifdzi, Hasyiyah Al-Jurmiyah, hal. 17

No comments:

Post a Comment