Inilah seninya muktamar NU sekalipun diwarnai dengan perdebatan panjang yang melelahkan
selama seharian penuh, namun akhirnya berujung pada kesepakatan pemilihan Rais Aam Muktamar NU ke-33
resmi menggunakan sistem AHWA (ahlul alli wal aqdi).
Sebagaimana
diberitkaan oleh NU Online jumlah suara yang memilih AHWA sebanyak 252
sedangkan yang tidak setuju 232 dan abstain 9 suara. Ini berarti, selisih suara tipis dan hanya terpaut 17 suara saja.
Voting
untuk menentukan apakah sistem AHWA atau pemilihan langsung dilakukan secara terbukan,
yaitu dengan memanggil para peserta yang dikelompokkan berdasarkan provinsi. Kemudian
mereka diberi secarik kertas untuk menyatakan setuju atau tidak setuju dengan
AHWA.
Dari delegasi
Papua meminta menggunakan sistem noken, yaitu seluruh cabang setuju diwakili
oleh pengurus wilayah. Usulan itu kemudian ditawarkan kepada peserta yang
akhirnya menyetujui pola ini.
Tiga
puluh suara dari PWNU Papua setuju dengan sistem AHWA. PWNU Yogyakarta juga kompak
dengan AHWA. Sedang PWNU Jatim suaranya terbelah antara AHWA dan pemilihan
langsung. Untuk PWNU dan PCNU Sulawesi Selatan sebagian besar memilih pemilihan
langsung.
Kemenangan
sistem AHWA langsung disambut sujud syukur oleh ratusan Kiai dan Rais Syuriah
yang mendukung sistem AHWA.
Menurut Tribunnews.com
kemenangan AHWA akan memungkinkan kubu Said Aqil Siradj berpeluang besar untuk
terpilih kembali sebagai Ketua Umum PBNU yang kedua kalinya. Pasalnya, sejak
awal calon petahana dan para pendukungnya getol menyuarakan pemilihan dengan
sistem AHWA. (Diulas dari NU Online, news detik.com, tribunnews oleh FT
edu)
No comments:
Post a Comment