Menu

Amazon

Lazada

Tuesday 4 August 2015

MUHAMMADIYAH DALAM PANDANGAN KH.HASYIM ASY’ARI


Pada tahun 1912 dan 1926 lahirlah dua organisasi besar dari rahim ibu pertiwi, yaitu Muhammadiyah dan NU. Ibu pertiwi berharap kelak kedua organisasi itu menjadi dua sayap burung garuda yang terbang tinggi dan  menyebarkan Islam yang rahmah, bukan islam yang marah. Islam yang menegakkan kebenaran, bukan Islam yang mengaku paling benar. Islam yang toleran, bukan Islam yang mengkafirkan. Islam yang mensikapi perbedaan dengan bijak, bukan Islam yang menginjak.

Menurut Gus Dur asal-usul Muhammadiyah berasal dari baground yang sama. Ketika Muhammadiyah lahir di Yogyakarta, kata KH. Hasyim : "Ahmad Dahlan adalah teman mengaji saya di tempatnya Mhah Sholeh Ndarat Semarang. Sama-sama memperlajari kitab Hikam”. Oleh karena itu menurut Gus Dur Muhammadiyah dan NU memiliki bagraound yang sama, yaitu kitab Hikam karya Ibnu Atha’illah As-Sakandari. Lalu ajaran kitab Hikam yang mana yang harus dipegang teguh oleh kedua organisasi itu?

Menurut Gus Dur dalam Hikam diajarkan : “kuburkan lah dirimu dalam bumi kekosongan”. Ungkapan ini mengajarkan kepada kita agar jangan punya pamrih, bendera boleh beda, pendapat boleh tidak sama, tapi tidak boleh punya pamrih. Jadi menurut Gus Dur benih-benih NU itu sudah ada dalam kitab Hikam, yaitu sesuatu yang membudaya. Sesuatu yang membudaya itu kemudian diinstitusikan oleh para pendiri NU.

Karena memiliki baground yang sama, maka wajar kedua organisasi itu selalu menjaga keseimbangan antara budaya (tsaqafah) dan institusi (muasafah).


Bila konsep khilafah hanya melahirkan segerombolan tukang jagal, mungkin Pancasila lebih menjamin kerukunan dan mengajarkan kesantunan. Kita bangga memiliki burung garuda yang sayapnya NU dan Muhammadiyah. Terbang tinggilah Garudaku, tebarkan benih rahmah di dadamu.(Diulas dari buku Misteri Kata-kata karya KH. Abdurrahman Wahid oleh FT edu)

No comments:

Post a Comment