Seperti halnya KH. Hasyim Muzadi, salah
satu kandidat Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) As’ad Said Ali menilai
kericuhan yang terjadi dalam Muktamar NU ke-33 di Jombang, Jawa Timur, adalah
bagian dari dinamika organisasi. Menurutnya di NU terjadi gegeran (silang
pendapat) kemudian diikuti dengan ger-geran (ketawa), itu sudah biasa.
Kata KH. As’ad: “NU seperti cewek yang
cantik. Ada sedikit persoalan sudah jadi berita yang hangat, padahal ini karena
proses dinamika,” katanya sebagaimana dikutip oleh tempo.com.
KH. As’ad Ali mengapresiasi kebijaksanaan
pejabat Rais Aam PBNU yang mampu meredam perbedaan pendapat antara dua kubu
mengenai mekanisme pemilihan Rais Aam.
Pendapat berbeda terlontar dari Ketua
Umum PBNU KH Agil Said Siraj yang mengaku malu dianggap oleh media massa banyak
ributnya, sedangkan Muhammaditah berlangsung damai dan sejuk. Beliau mengatakan:
"Ini pukulan besar bagi NU, bukan PBNU," katanya di Jombang seperti
dikutip oleh tempo.com.
Bahkan KH. Said menganggap kekisruhan ini
sudah di luar batas toleransi dan kewajaran. Keributan Muktamar NU dipicu oleh
pertentangan tata tertib pemilihan ketua PBNU. (Diulas dari tempo.com
oleh FT edu)
No comments:
Post a Comment