Orang bijak biasanya menegur tidak dengan
bahasa yang fulgar, melainkan sindiran. Demikianlah sosok dari KH Afifuddin
Muhajir, salah seorang kiai sufi dan irit bicara yang sedih melihat pelaksanaan
Muktamar. Dalam sindirannya beliau mengutip pepatah Arab yang mengatakan:
Orang yang tidak memiliki sesuatu tidak
mungkin memberikan sesuatu,
Orang yang tidak punya uang tidak mungkin
bisa memberikan uang,
Orang yang tidak punya ilmu tak mungkin
memberikan ilmu,
Orang yang tidak baik tidak mungkin
memperbaiki orang,
Orang yang tidak jujur tidak mungkin
membuat orang lain jujur.
Pernyataan itu disampaikan KH. Afif,
Wakil Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah, Sukorejo, Asembagus,
Kabupaten Situbondo, di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Rabu malam, 5
Agustus 2015 dalam forum lintas Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama dan Pengurus
Cabang Nahdlatul Ulama yang menolak hasil Muktamar NU ke-33.
Makna yang terkandung dalam pernyataan
itu seolah menyindir kelompok-kelompok yang diduga bermain curang dalam
muktamar. Kemudian kiai yang terkenal wara’ itu menjelaskan relevansi pepatah
Arab di atas dengan pelaksanaan muktamar di Jombang:
Selama ini NU dianggap sebagai pengawal
moral,
benteng Negara Kesatuan Republik
Indonesia,
Mungkinkah muktamar seperti ini
memberikan produk yang bisa memperbaiki moral masyarakat yang tidak baik?
Produk muktamar yang tidak mungkin
memperbaiki kondisi dan situasi, baik negara maupun dunia, tak perlu diakui.
(Diulas
dari tempo.com oleh FT edu)
No comments:
Post a Comment