Menu

Amazon

Lazada

Monday 3 August 2015

MERAJUT ISLAM NUSANTARA DARI KH. HASYIM ASY’ARI, KH. WAHID HASYIM, HINGGA KH. ABDURRAHMAN WAHID


A. Agama Islam
Islam sebagai agama dapat diumpamakan seperti rumah, yang terdiri pondasi (iman), dinding (islam), dan atap (ihsan). Pondasi Islam terdiri dari enam pokok ajaran yang biasanya disebut dengan rukun iman. Dinding Islam terdiri dari lima pokok ajaran yang biasanya disebut dengan rukun Islam. Atap Islam terdiri dari lima pokok ajaran tasawuf yang dapat kita sebut dengan rukun Ihsan.

1. Pondasi Islam (Rukun Iman)
a. Iman kepada Allah
Iman kepada Allah mengharuskan kita mengenal terhadap sifat wajib, sifat jaiz, dan sifat mustahil bagi Allah. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh KH. Hasyim Asyari dalam kitabnya Jami’atul Maqashid: “Pertama kali yang harus diketahui oleh orang mukallaf adalah mengenal terhadap Allah”.
b. Iman kepada malaikat-malaikat Allah
c. Iman kepada kitab-kitab Allah
d. Iman kepada rasul-rasul Allah
e. Iman kepada hari akhir
f. Iman kepada qadla dan qadar

Keenam pondasi ajaran Islam di atas disebut dengan rukun Iman. Orang yang menunaikannya secara baik dan benar disebut dengan mukmin. Dalam memahami ajaran tauhid, NU menurut KH. Hasyim mengikuti rumusan yang dibuat oleh Imam Asyari dan al-Maturidi. Keputusan untuk mengikuti Imam Asya’ri dan al-Maturidi oleh kelompok yang menentang NU (Wahabi) juga dianggap bid’ah karena tidak mengikuti pada al-Quran dan Sunnah.

2. Dinding Islam (Rukun Islam)
a. Membaca Syahadat
b. Menuaikan Salat
c. Membayar Zakat
d. Menuaikan Puasa
e. Menuaikan Haji

Kelima pokok ajaran ini disebut dengan Rukun Islam. Orang yang mengerjakannya secara baik dan benar disebut dengan muslim. Kelima pokok ajaran di atas adalah bagian dari pembahasan ilmu fiqh. Bagaimana caranya salat, zakat, puasa dan haji, NU mengikuti apa yang telah dirumuskan oleh empat madzhab, yaitu Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad bin Hambal. Rumusan yang semacam ini dulu oleh penentang NU juga dianggap sebagai bid’ah.   

3. Atap Islam (Rukun Ishan)
a. Taqwa
b. Mengikuti Sunnah Nabi
c. Tidak tergantung kepada Manusia
d. Ridla
e. Mengembalikan segala sesuatu kepada Allah

Kelima pokok ajaran Ihsan di atas yang merumuskan adalah KH. Hasyim Asyari dalam kitabnya Jami’atul Maqashid. Menurut KH. Hasyim wujud konkrit dari mengikuti sunnah Nabi adalah “melesatarikan sunnah dan dan berakhlaqul karimah”. 

Dalam kitabnya Jami’atul Maqashid rukun Iman dan Islam di atas oleh KH. Hasyim Asya’ari disebut dengan akidah Islamiyah. Kalau kita menggunakan analogi tubuh, maka akidah islamiyah (rukun Iman dan rukun Islam) dapat kita umpamakan seperti ruh, sedangkan rukun Ihsan dapat kita umpamakan seperti tubuh atau jasad.

Islam Nusantara bukan hendak merubah ajaran-ajaran pokok agama Islam di atas. Rukun iman yang jumlahnya enam, bukan hendak dikorupsi sehingga hanya tersisa empat. Rukun Islam yang jumlahnya lima, bukan hendak dikurop dua sehingga tersisa tiga. Islam Nusantara juga tidak ingin merubah ibadah haji yang seharusnya ke Makkah, kemudian pesawatnya dibelokkan ke taman hiburan Ancol atau tugu Monas. Ibadah umrah yang seharusnya ke Makkah, bukan hendak diarahkan ke Pulau Bali atau ke makam Wali. Umrah dalam pandangan Islam Nusantara ya umrah, ziarah ya ziarah. Keduanya dua hal yang berbeda, namun boleh dilakukan.


B. Islam Nusantara sebagai Paradigma
Kalau kita melihat bangunan rumah, maka rumah itu bisa kita lihat dari arah depan, samping, belakang, atas dan bawah. Sudut pandang ini kalau kita kaitkan dengan sebuah bagunan rumah dapat diumpakan seperti perabot-perabot yang ada di dalamnya.

Para pendiri NU sejak dulu sudah mengisi perabot rumah dari ajaran Islam. Seperti, dalam bidang akidah diisi dengan perabot sudut pandang Imam Asy’ari dan Al-Maturidi. Dalam bidang fiqh di isi dengan sudut pandang Imam Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hambal, dalam bidang tasawuf atau Ihasan (etika) diisi dengan perabot sudut pandang Imam Al-Ghazali dan Junaid Al-Baghdadi.

Islam Nusantara juga tidak ingin membuang perabot rumah yang telah disumbangkan oleh para pendiri NU, sebagaimana yang dituduhkan oleh NU Garis Lurus (tapi bengkok dalam berpikir, hehehe….). Justru Islam Nusantara ingin memperkaya koleksi perabot yang dimiliki oleh NU, dengan mengambil sudut pandang dari produk budaya Nusantara yang paling unggul, bukan budaya yang ecek-ecek (kwalitasnya rendah).

Dalam masalah hubungan antara Islam dan mistik, KH. Wahid hasyim juga pernah memberikan tawaran sudut pandang. Menurut KH. Wahid Hasyim dalam bukunya "Mengapa Saya Memilih NU", beliau mengatakan ada empat pokok sudut pandang Islam:
1.  Islam tidak mengakui hal-hal yang berada di luar kodrat manusia.
2. Islam tidak mengakui cara ibadah yang berlebihan, seperti puasa tujuh hari tujuh malam.
3.  Islam menilai seseorang dari dhahirnya. Kalau dzahirnya orang tesebut baik, ya kita menganggapnya baik. Bila dzhirnya buruk yang kita menilainya buruk.
4. Islam dalam hal hubungan antar individu didasarkan pada yang nyata (zakelijk). Beliau mencontohkan bila kita meminta tolong kepada seseorang, kemudian orang tersebut tidak bisa membantu dengan alasan lagi ada urusan, maka kita tidak boleh menduga-duga bahwa dia tidak mau menolong karena benci dengan kita. Jadi menurut beliau kita harus memahami orang tesebut karena lagi ada urusan, tidak boleh menduga-duga.

Jadi tradisi mengisi perabot rumah pada ajaran Islam di tubuh NU adalah suatu hal yang biasa sejak organisasi itu didirikan, jangan diaggap sebagai upaya untuk merubah ajaran Islam atau membenci budaya tertentu seperti yang dituduhkan oleh Wahabi.

Hal yang sama juga dilakukan oleh KH. Abdurrahman Wahid. Justru Gus Dur sangat banyak memberikan sumbangan perabot sudut pandang yang berwarna-warni terhadap NU. Tidak jarang perabot Gus Dur membuat bingung kaum Nahdliyin, apalagi kelompok Wahabi dan NU Garis Lurus. Karena bingung, akhirnya mereka menuduh yang macam-macam. Ya, kita semua tahu Wahabi paling suka barmain di wilayah kata yang maknanya umum, kemudian ditafsirkan sendiri secara negatif, lalu dituduhkan kepada lawan mereka tanpa konfiormasi terlebih dahulu. Ini lah yang disebut dengan memproduksi fitnah secara sistematis.

Kalau KH Wahid mengajukan empat sudut pandang Islam dalam kaitnya dengan Islam dan mistik, Gus Dur mengajukan lima sudut pandang dalam konteks kehidupan umat Islam di indonesia. Kelima sudut pandang itu juga tidak ciptakan sendiri, melainkan beliau dasarkan pada pendapat Imam Al-Ghazali dalam kitab Al-Mushtasfa. Kelima sudut pandang ini oleh Gus Dur disebut sebagai nilai-nilai universal Islam yang mewujud dalam bentuk lima buah jaminan dasar. Kelima buah jaminan dasar tersebut adalah sebagai berikut :
a. Keselamatan keyakinan agama masing-masing.
b. Keselamatan fisik.
c. Keselamatan keluarga.
d. Keselamatan harta benda
e. Keselamatan hak milik dan profesi

Kelima jaminan dasar di atas masih dalam bentuk konsep yang sangat umum. Perlu dijabarkan dalam bentuk setrategi dan teknis operasionalnya agar dapat diwujudkan dalam bentuk tindakan nyata demi tercipatanya keadilan dan kemakmuran. Seluruh pemikiran Gus Dur tidak akan keluar dari kerangka lima buah jaminan dasar yang dirumuskan oleh al-Ghazali di atas, dan seluruh perjuangan Gus Dur dimaksudkan untuk meraih dua hal, yaitu keadilan dan kemakmuran. Sepertinya Gus Dur ingin menerjemahkan perintah agama untuk beramar ma’ruf nahi mungkar ke dalam makna yang lebih konkrit, yaitu “mewujudkan keadilan dan kemakmuran”.

Semua varian ide Gus Dur tentang demokrasi, HAM, kesetaraan gender, pluralitas, harus lah dilihat dari sudut pandang lima buah jaminan dasar di atas yang oleh Gus Dur diyakini sebagai nilai universal Islam. Sedangkan seluruh perjuangan yang diupayakan oleh Gus Dur hanya mengerucut pada hal, yaitu keadilan dan kemakmuran. (Diulas dari Jami’atul Maqashid karya KH. Hasyim Asy’ari, Mengapa Saya Memilih Nahdlatul Ulama karya KH. Wahid Hasyim, Islam Kosmopolitaan karya KH. Abdurrahman Wahid oleh FT edu)

No comments:

Post a Comment