Menu

Amazon

Lazada

Tuesday 18 August 2015

BENARKAH SEMUA AGAMA SAMA?


Gus Dur mengisahkan dulu ada seorang pejabat tinggi dimaki-maki sebagai murtad hanya karena menyatakan semua agama sama di negeri ini. Sedangkan kemurtadan akan membawa ke api neraka. Yang merisaukan adalah mudahnya sumpah serapah murtad yang keluar dari sebagian pemuka agama.

Menurut Gus Dur jika berkepala dingin dan tidak kagetan, pertama kali kita harus mampu membedakan antara jenis-jenis kesamaan, kesamaan di mata agama dan kesamaan di mata negara. Kesamaan di mata agama terkait dengan masalah inti ajaran, sedang kesamaan di mata negara adalah status di muka undang-undang dan hukum.

Dalam kenyataanya tidak ada agama yang mau melepaskan hak tunggalnya untuk memonopoli kebenaran. Forum keagamaan yang paling longgar sekalipun, kata Gus Dur, seperti Konsili Vatikan II atas Prakrasa Paus Yohanes XXIII, masih mempertahankan monopoli kebenaran itu. Forum tersebut dapat memaklumi dan menerima upaya untuk mencapai kebenaran mutlak Tuhan, dengan tidak mengurangi kebenaran yang sudah dicapai keimanan Kristen.

Islampun bersikap demikian. Sebab, al-Quran sudah menetapkan agama yang benar di sisi Allah adalah Islam. Namun tidak berarti negara tidak boleh memberikan perlakukan yang sama kepada semua agama. Sebab, keutuhan negara hanya akan tercapai kalau ia memberikan perlakukan yang sama di muka hukum. Persamaan teologis antara dua agama tidak akan mungkin ada sampai kapanpun, namun persamaan kedudukan di muka hukum dapat ditegakkan, selama ada yang memberikan perlakuan yang sama.

Oleh sebab itu, menurut Gus Dur kita harus memahami hal itu dengan penuh kearifan. Dan kearifan seperti ini tidak dapat dimurtadkan karena di dalamnya esensi klaim agama akan kebenaran masih terjaga sepernuhnya.

Dari uraian di atas dapat kita simpulkan ketika ajaran Islam dilepaskan dari dimensi tasawufnya, dan diganti dengan dimensi politik atau dijadikan sebagai pendorong lokomotif politik, maka sosok Islam akan menjadi agama yang suka menuduh, menghakimi, dan jauh dari sifat-sifat kearifan. Nabi tidak memiliki sifat keras atau galak. Sifat Nabi itu hanya empat, sidik, amanah, tablig, dan fathanah. Orang yang suka tablig (menyampaikan ajaran agama) tapi tidak dilandasi dengan sifat-sifat lain, seperti fathanah maka hanya akan menjadi Fathanah-fathanah made in Indonesia. (Diulas dari buku Tuhan Tidak Perlu Dibela oleh FT edu)

1 comment:

  1. PLURALISME MAZHAB: Dakwah Jam'ah Tablgh Di Kampung Madinah

    Penulis : Samsul Munir
    Penerbit : Pustaka Ilmu
    Cetakan : I
    Tahun : 2015
    Tebal : xxxiv + 356 halaman
    Kertas : Imperial
    Kategori : Pemikiran Islam, Dakwah dan Sejarah
    Harga : Rp. 64.000,-
    Bagi yang berminat silahkan inbox atau hubungi:
    Sms/ WhatsApp : 08563416644 | BBM: 7E792064

    SINOPSIS BUKU

    Pengembangan ilmu dakwah saat ini perlu ditingkatkan dan dikembangkan baik secara teoritis maupun praktis, sehingga hakikat dakwah yang sesungguhnya itu tidaklah akan menjadi bumerang terhadap kesucian misi yang diembannya. Bentrok fisik, perang ide dan pemahaman yang akhir-akhir ini banyak kita temui dengan berujung pada saling membid'ahkan, memurtadkan dan mengkafirkan antar sesama sebenarnya bukanlah orientasi daripada dakwah itu sendiri.

    Bentuk aplikasi teori (applied theory) dakwah ke tataran praktis sebagaimana yang ditulis dalam buku ini adalah hasil implementasi dari teori-teori dakwah yang secara langsung menyentuh kepada masyarakat dalam praktik-praktik ritual keagamaan. Sebagaimana hasil penelitian penulis terhadap dakwah komunitas Jam'ah Tablgh di tengah pluralitas masyarakat muslim kampung Madinah, dengan mengaitkannya terhadap teori-teori yang relevan meliputi dakwah dan sosial agama dalam kehidupan beragama dengan sistem bermazhab, penelitian ini mendapati sebuah temuan tentang strategi dakwah Islam dengan corak pluralisme mazhab.

    Model dan strategi dakwah Jam'ah Tablgh mempunyai daya tarik tersendiri bagi penulis, sehingga hasil penelitian yang terdapat dalam buku ini dapat dijadikan bahan referensi bagi siapapun yang berkeinginan untuk mengetahui secara mendalam seputar:
    - Sejarah awal digagasnya Jam'ah Tablgh di India oleh Maulana Ilyas Al-Kandahlawi hingga proses pertama kali masuknya di Indonesia
    - Ajaran-ajaran dan manajemen dakwah Jam'ah Tablgh
    - Komunikasi penyiaran Islam dan jaringan-jaringan dakwah yang telah dibentuk
    - Sosialisasi ilmu dakwah dan implementasi ajaran-ajaranya di tengah-tengah masyarakat yang serba plural.

    Tentunya, buku ini mempunyai tujuan sangat mulia sebagaimana telah menjadi visi-misi amar ma'ruf nahi munkar, yaitu menjadikan dakwah sebagai problem solving dalam menghadapi tantangan globalisasi yang secara simultan, juga telah terjadi degradasi moral di tengah umat manusia.

    Dalam bidang pendidikan Islam, buku ini juga bermaksud menawarkan model pendidikan Islam yang lebih bercorak inklusif dalam menyikapi sunnatullah akan adanya perbedaan mazhab atau cara pandang umat Islam yang bersifat majemuk dan heterogen adanya terhadap ajaran Islam. Dengan begitu, terhadap strategi dakwah Islam yang berpola pluralisme ekumenis sebagaimana juga menjadi temuan dalam penelitian ini, penulis berharap bahwa ajaran Islam itu akan benar-benar berposisi sebagai rahmatan lil 'alamin, serta mampu menciptakan tatanan masyarakat yang madani dan bermartabat.

    Selamat membaca.......!

    ReplyDelete