Gus Dur mengisahkan dulu ada seorang pejabat tinggi dimaki-maki sebagai murtad hanya karena menyatakan semua agama sama di negeri ini. Sedangkan kemurtadan akan membawa ke api neraka. Yang merisaukan adalah mudahnya sumpah serapah murtad yang keluar dari sebagian pemuka agama.
Menurut Gus Dur jika
berkepala dingin dan tidak kagetan, pertama kali kita harus mampu membedakan
antara jenis-jenis kesamaan, kesamaan di mata agama dan kesamaan di mata
negara. Kesamaan di mata agama terkait dengan masalah inti ajaran, sedang
kesamaan di mata negara adalah status di muka undang-undang dan hukum.
Dalam kenyataanya tidak
ada agama yang mau melepaskan hak tunggalnya untuk memonopoli kebenaran. Forum keagamaan
yang paling longgar sekalipun, kata Gus Dur, seperti Konsili Vatikan II atas
Prakrasa Paus Yohanes XXIII, masih mempertahankan monopoli kebenaran itu. Forum
tersebut dapat memaklumi dan menerima upaya untuk mencapai kebenaran mutlak
Tuhan, dengan tidak mengurangi kebenaran yang sudah dicapai keimanan Kristen.
Islampun bersikap
demikian. Sebab, al-Quran sudah menetapkan agama yang benar di sisi Allah
adalah Islam. Namun tidak berarti negara tidak boleh memberikan perlakukan yang
sama kepada semua agama. Sebab, keutuhan negara hanya akan tercapai kalau ia
memberikan perlakukan yang sama di muka hukum. Persamaan teologis antara dua
agama tidak akan mungkin ada sampai kapanpun, namun persamaan kedudukan di muka
hukum dapat ditegakkan, selama ada yang memberikan perlakuan yang sama.
Oleh sebab itu,
menurut Gus Dur kita harus memahami hal itu dengan penuh kearifan. Dan kearifan
seperti ini tidak dapat dimurtadkan karena di dalamnya esensi klaim agama akan
kebenaran masih terjaga sepernuhnya.
Dari uraian di atas
dapat kita simpulkan ketika ajaran Islam dilepaskan dari dimensi tasawufnya,
dan diganti dengan dimensi politik atau dijadikan sebagai pendorong lokomotif politik, maka sosok Islam akan menjadi agama yang
suka menuduh, menghakimi, dan jauh dari sifat-sifat kearifan. Nabi tidak
memiliki sifat keras atau galak. Sifat Nabi itu hanya empat, sidik, amanah,
tablig, dan fathanah. Orang yang suka tablig (menyampaikan ajaran agama) tapi
tidak dilandasi dengan sifat-sifat lain, seperti fathanah maka hanya akan
menjadi Fathanah-fathanah made in Indonesia. (Diulas dari buku Tuhan
Tidak Perlu Dibela oleh FT edu)
PLURALISME MAZHAB: Dakwah Jam'ah Tablgh Di Kampung Madinah
ReplyDeletePenulis : Samsul Munir
Penerbit : Pustaka Ilmu
Cetakan : I
Tahun : 2015
Tebal : xxxiv + 356 halaman
Kertas : Imperial
Kategori : Pemikiran Islam, Dakwah dan Sejarah
Harga : Rp. 64.000,-
Bagi yang berminat silahkan inbox atau hubungi:
Sms/ WhatsApp : 08563416644 | BBM: 7E792064
SINOPSIS BUKU
Pengembangan ilmu dakwah saat ini perlu ditingkatkan dan dikembangkan baik secara teoritis maupun praktis, sehingga hakikat dakwah yang sesungguhnya itu tidaklah akan menjadi bumerang terhadap kesucian misi yang diembannya. Bentrok fisik, perang ide dan pemahaman yang akhir-akhir ini banyak kita temui dengan berujung pada saling membid'ahkan, memurtadkan dan mengkafirkan antar sesama sebenarnya bukanlah orientasi daripada dakwah itu sendiri.
Bentuk aplikasi teori (applied theory) dakwah ke tataran praktis sebagaimana yang ditulis dalam buku ini adalah hasil implementasi dari teori-teori dakwah yang secara langsung menyentuh kepada masyarakat dalam praktik-praktik ritual keagamaan. Sebagaimana hasil penelitian penulis terhadap dakwah komunitas Jam'ah Tablgh di tengah pluralitas masyarakat muslim kampung Madinah, dengan mengaitkannya terhadap teori-teori yang relevan meliputi dakwah dan sosial agama dalam kehidupan beragama dengan sistem bermazhab, penelitian ini mendapati sebuah temuan tentang strategi dakwah Islam dengan corak pluralisme mazhab.
Model dan strategi dakwah Jam'ah Tablgh mempunyai daya tarik tersendiri bagi penulis, sehingga hasil penelitian yang terdapat dalam buku ini dapat dijadikan bahan referensi bagi siapapun yang berkeinginan untuk mengetahui secara mendalam seputar:
- Sejarah awal digagasnya Jam'ah Tablgh di India oleh Maulana Ilyas Al-Kandahlawi hingga proses pertama kali masuknya di Indonesia
- Ajaran-ajaran dan manajemen dakwah Jam'ah Tablgh
- Komunikasi penyiaran Islam dan jaringan-jaringan dakwah yang telah dibentuk
- Sosialisasi ilmu dakwah dan implementasi ajaran-ajaranya di tengah-tengah masyarakat yang serba plural.
Tentunya, buku ini mempunyai tujuan sangat mulia sebagaimana telah menjadi visi-misi amar ma'ruf nahi munkar, yaitu menjadikan dakwah sebagai problem solving dalam menghadapi tantangan globalisasi yang secara simultan, juga telah terjadi degradasi moral di tengah umat manusia.
Dalam bidang pendidikan Islam, buku ini juga bermaksud menawarkan model pendidikan Islam yang lebih bercorak inklusif dalam menyikapi sunnatullah akan adanya perbedaan mazhab atau cara pandang umat Islam yang bersifat majemuk dan heterogen adanya terhadap ajaran Islam. Dengan begitu, terhadap strategi dakwah Islam yang berpola pluralisme ekumenis sebagaimana juga menjadi temuan dalam penelitian ini, penulis berharap bahwa ajaran Islam itu akan benar-benar berposisi sebagai rahmatan lil 'alamin, serta mampu menciptakan tatanan masyarakat yang madani dan bermartabat.
Selamat membaca.......!