Kalau kita melihat dari sejarah
perkembangan ajaran Wahabi yang semula sebagai sekte keagamaan kemudian
berkolaborasi dengan Ibnu Saud, akhirnya menjadi madzhab resmi Kerajaan Saudi
hingga saat ini, sudah jelaslah bagi kita, bahwa isu khilafah yang
menuntut Syariat Islam dijadikan sebagai dasar konstitusi NKRI bukan lah Islam
yang dianut oleh kebanyakan orang, melainkan Islam yang mirip dengan versi kampung
dimana Musalimah Al-Kadzab sang Nabi Palsu di lahirkan (Wahabi). Yang menjadi
pertanyaan kemudian relakah kita, NKRI yang telah diperjuangkan dengan darah konstitusinya
diubah dengan ajaran Wahabi?
Ada empat gerakan yang memiliki satu misi
tapi bentuknya berbeda, yaitu mencita-citakan agar Khilafah (Wahabiyah)
menjadi hukum Negara Indonesia yang kita cintai ini. Keempat virus yang dapat
mengancam keutuhan NKRI itu adalah :
1. Al-Ikhwanul Muslimun yang didirikan oleh
Hasan Al-Banna di Mesir pada tahun 1928. Wilayah operasi gerakan ini adalah
lembaga kampus. Dari Rahim Al-Ikhwanul Muslimun inilah lahir Partai Keadilan Sejahtera.
2. HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) dengan
gagasan Pan-Islamismenya ingin menegakkan Khilafah Islamiyah di seluruh dunia,
dan menempatkan Nusantara sebagai bagian di dalamnya. Oleh karena itu kita
tidak usah heran kalau ISIS diselundupkan di Indonesia.
3. Wahabi yang mencita-citakan tegaknya
faham wahabi (bukan Islam) di seluruh penjuru dunia.[1]
4. NU Garis Lurus, sebuah gerakan yang
mengatasnamakan NU murni yang digawangi oleh alumni pesantren yang sudah
terjangkit oleh virus Wahabi Khilafah. Disebut Wahabi Khilafah kerena mereka
secara kultur mirip amaliyah orang NU kebanyakan, bahkan menolak keras terhadap
faham Wahabi, namun etikanya mirip Wahabi, mencaci maki orang yang tidak
sependapat dengan mereka. Sedangkan ideologi mereka mirip Ikhwannul Muslimin,
sama-sama ingin menegakkan Khilafah Islamiyah di bumi pertiwi. Hanya saja
konsep khilafahnya masih acak-acakan karena buku referensinya kitab Al-Ahkam
As-Suthaniyah karya Imam Al-Mawardi dan Abi Ya’la yang belum selesai dibaca
secara keseluruhan.[2]
Bila Al-Ikhwanul Muslimun wilayah operasinya kampus-kampus, maka NU Garis Lurus
para pesantren dan alumninya.
Setiap gerakan, entah itu ideologi non-agama
(seprti sosialis, nasionalis, dan komunis), atau ideologi agama seperti ke
empat macam aliran di atas, selalu memiliki lawan. Bila tidak ada lawan, maka
harus diciptakan lawan baru agar gerakan itu tetap eksis. Tidak mungkin sebuah
kesebelasan yang bertanding hanya main sendiri tanpa ada lawan. Pasti tidak akan
ada yang menonton.
Hampir ke empat aliran sempalan di atas
memposisikan diri sebagai lawan dari aliran Syi’ah, Islam moderat yang mereka
tuduh sebagai aliran Liberal, seperti NU dan Muhammadiyah, dan kelompok Islam Abangan
(meminjam Istilah Clifford Geertz). Wahabi dan NU Garis Lurus lebih galak
terhadap aliran Syi’ah bila dibandingkan dengan dua saudara kembarnya, yaitu HTI
dan Al-Ikwanul Muslimun. Fokus analisis kita bukan pada siapa yang menjadi lawan
mereka, melainkan ajaran yang mereka usung bilang seandainya terwujud apa
dampak yang akan terjadi pada keutuhan NKRI? (Oleh FT edu)
[1].
Editor KH. Abdurrahman Wahid, Ilusi Negara Islam, hal. 78
[2].
Lihat Tulisan KH. Najih di situs NU Garis Lurus yang berjudul Khilafah
Dambaan Kita Semua. Sedangkan dalam situs itu peran KH. Luthfi Bashori sepertinya
menjelek-jelekkan para tokoh dan kyai yang tidak sependapat dengan faham mereka
yang dibungkus dengan NU KH. Hasyim Asy’ari.
No comments:
Post a Comment