Gus Miek, demikian beliau sering
dipanggil oleh para jama’ahnya adalah sosok ulama yang menempuh dua pola
kehidupan yang bertolak belakang. Pertama; kehidupan tradisional pesantren
yang direalisaikannya dalam rutinitas acara sema’an. Kedua; gebyarnya
kehidupan dunia hiburan malam. Diskotik, night club, coffe shop, dan arena
perkampungan orang-orang tuna susila merupakan fenomena yang melekat pada sosok
seorang Gus Miek.
Gus Miek dikenal memiliki segudang
keanehan, sehingga banyak orang yang menganggap kalau dirinya memiliki
kemampuan supranatural. Tidak jarang kemampuan supranatural itu oleh orang
awam disempitkan maknanya dengan isitilah saint (wali), yang sekarang juga
sedang gencar terjadi pada diri Gus Dur oleh para pengagumnya, sekalipun Gus
Dur sendiri belum tentu setuju dengan hal itu.
Menurut pandangan Gus Dur kemampuan
supranatural yang melekat pada sosok Gus Miek bukan terletak pada kesaktian
atau kewaliannya, melainkan kerinduannya yang besar untuk merealisasikan potensi
kebaikan pada setiap diri manusia. Gus Miek meyakini bahwa setiap manusia
memiliki potensi untuk menjadi baik. Ada lima hal yang dikagumi oleh Gus Dur
pada diri Gus Miek :
1. Mampu mebedakan mana yang pokok dan mana yang
ranting.
2. Kesederhanaan.
3. Ketajaman dalam membaca tanda jaman.
4. Kerinduannya dalam mengupayakan perbaikan
manusia. Oleh sebab itu lah Gus Miek mengidolakan ulama yang menyembunyikan
lonceng harapan dan genta kebaikan, bukan ulama yang suka menghardik dan marah
terhadap hal-hal yang buruk (Diulas dari buku Kiai Nyentrik Membela
Pemerintah oleh FT edu)
No comments:
Post a Comment