Menu

Amazon

Lazada

Wednesday 29 July 2015

BELAJAR HUMANIS DARI GUS DUR



Kedalaman spiritualitas seseorang, akan melahirkan sikap asketis (zuhud). Sikap asketis akan menjelma dalam prilaku yang humanis. Manusia tidak lagi dilihat dari warna baju agama yang diyakininya, atau jabatan dan status sosial yang disandangnya, bukan hendak bermaksud membenarkan semua agama, melainkan menghormati keyakinan orang lain lebih utama dari pada menyalahkan atau menghakiminya.

Sikap asketis yang sudah merasuk ke dalam darah dan daging, jangankan warna-warni agama dan aliran, batu dan emas sudah tidak lagi ia bedakan. Deretan angka pada uang kertas sudah tidak lagi menjadi pertimbangan. Apakah mereka sudah tidak lagi butuh terhadap dunia? Butuh, selama hayat dikandung badan semua orang, baik wali maupun kuli, baik ulama atau penjual minyak semuanya butuh makan. Mereka bukan mayit berjalan atau hantu gentayangan. Hanya saja kata al-Ghazali deretan angka pada uang kertas dan struktur jabatan tidak membuatnya silau dan lupa terhadap tugas kemanusiaan.

Anda sebagai pemusik jangan coba-coba bertanya bagaimana hukumnya meniup seruling kepada ulama seperti Mbah Bisri Syansuri atau Sunan Giri, pasti beliau akan mengatakan haram. Sekalipun demikian, anda jangan menyalahkan karena sebagai ahli fiqh yang tuntas beliau ingin konsisten pada ilmu yang dipelajarinya. Bertanyalah kepada Mbah Wahab atau Sunan Kali Jaga yang memiliki pertimbangan-pertimbangan lain. Sekalipun demikian Anda juga jangan menuduh mereka teledor atau liberal, karena mereka bersikap demikian atas dasar sebuah alasan.

Anda juga jangan bertanya mana yang lebih utama, karena keutamaan bukan diukur dari berat dan tidaknya sebuah perbuatan, bukan dari tegas dan lembutnya seseorang, malainkan dari kadar ketakwaan. Anehnya ketakwaan itu tersimpan rapi di dalam hati. Bila ia dimunculkan maka akan menjadi pencitraan.


Biarkan perbedaan menjadi rahmat, jangan kau rampas apalagi kau embat dengan mengutip ayat untuk menolak pendapat yang berlawanan. Bila anda merasa paling benar, berhentilah bernafas sejenak, dan bertanyalah pada diri sendiri jangan-jangan anda telah ditipu oleh perasaan. Iri kepada kebesaran orang tidak akan membuat anda menjadi besar sekalipun anda memakai jubah agama. Orang bisa bertahta di hati manusia karena kasih sayangnya bukan kegarangannya. Seorang ulama yang humanis sejati pasti akan memberikan pelayanannya yang terbaik kepada semua manusia tanpa terkecuali. (Oleh FT edu)

No comments:

Post a Comment