Kedalaman spiritualitas seseorang, akan
melahirkan sikap asketis (zuhud). Sikap asketis akan menjelma dalam
prilaku yang humanis. Manusia tidak lagi dilihat dari warna baju agama yang
diyakininya, atau jabatan dan status sosial yang disandangnya, bukan hendak bermaksud membenarkan semua agama, melainkan
menghormati keyakinan orang lain lebih utama dari pada menyalahkan atau
menghakiminya.
Sikap asketis yang sudah merasuk ke dalam darah dan daging, jangankan warna-warni agama dan
aliran, batu dan emas sudah tidak lagi ia bedakan. Deretan angka pada uang
kertas sudah tidak lagi menjadi pertimbangan. Apakah mereka sudah tidak lagi butuh
terhadap dunia? Butuh, selama hayat dikandung badan semua orang, baik wali
maupun kuli, baik ulama atau penjual minyak semuanya butuh makan. Mereka bukan
mayit berjalan atau hantu gentayangan. Hanya saja kata al-Ghazali deretan angka
pada uang kertas dan struktur jabatan tidak membuatnya silau dan lupa terhadap
tugas kemanusiaan.
Anda sebagai pemusik jangan coba-coba
bertanya bagaimana hukumnya meniup seruling kepada ulama seperti Mbah Bisri Syansuri atau Sunan Giri, pasti beliau akan mengatakan haram.
Sekalipun demikian, anda jangan menyalahkan karena sebagai ahli fiqh yang tuntas beliau
ingin konsisten pada ilmu yang dipelajarinya. Bertanyalah kepada Mbah Wahab atau
Sunan Kali Jaga yang memiliki pertimbangan-pertimbangan lain. Sekalipun demikian Anda juga
jangan menuduh mereka teledor atau liberal, karena mereka bersikap demikian
atas dasar sebuah alasan.
Anda juga jangan
bertanya mana yang lebih utama, karena keutamaan bukan diukur dari berat dan
tidaknya sebuah perbuatan, bukan dari tegas dan lembutnya seseorang, malainkan
dari kadar ketakwaan. Anehnya ketakwaan itu tersimpan rapi di dalam hati. Bila
ia dimunculkan maka akan menjadi pencitraan.
Biarkan perbedaan
menjadi rahmat, jangan kau rampas apalagi kau embat dengan mengutip ayat untuk
menolak pendapat yang berlawanan. Bila anda merasa paling benar, berhentilah
bernafas sejenak, dan bertanyalah pada diri sendiri jangan-jangan anda telah
ditipu oleh perasaan. Iri kepada kebesaran orang tidak akan membuat anda
menjadi besar sekalipun anda memakai jubah agama. Orang bisa bertahta di hati
manusia karena kasih sayangnya bukan kegarangannya. Seorang ulama yang humanis sejati
pasti akan memberikan pelayanannya yang terbaik kepada semua manusia tanpa
terkecuali. (Oleh FT edu)
No comments:
Post a Comment