Dalam kitab Tuhfatul Fuqaha' bersuci menurut Ala’uddin As-Samarqandi adalah
salah satu syarat agar seseorang boleh menunaikan salat. Bersuci ada dua macam,
“hakiki” dan “hukmi”.
Bersuci “hakiki” adalah bersuci dari
najis. Bersuci dari najis ada tiga macam:
1. Mensucikan tubuh dari najis
2. Mensucikan tempat dari najis
3. Mensucikan pakaian dari najis
Sedangkan bersuci “hukmi” adalah bersuci
dari kotoran yang yang tidak nampak, dalam hal ini ada dua macam:
1. Wudlu
2. Mandi
Kewajiban bersuci di atas, kata Ala’uddin
As-Samarqandi di dasarkan pada al-Quran, hadis, Ijma' dan qiyas:
1. Alquran
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا
وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ
وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ (المائدة
: ٦)
"Wahai
orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan shalat, maka
basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh)
kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki”.
وَأَرْسَلْنَا
السَّمَاءَ عَلَيْهِمْ مِدْرَارًا وَجَعَلْنَا الْأَنْهَارَ تَجْرِي مِنْ
تَحْتِهِمْ فَأَهْلَكْنَاهُمْ بِذُنُوبِهِمْ وَأَنْشَأْنَا مِنْ بَعْدِهِمْ
قَرْنًا آخَرِينَ (الأنعام : ٦)
“Dan Kami curahkan
hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah
mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan kami
ciptakan sesudah mereka generasi yang lain”.
وَعَهِدْنَا
إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ أَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ
وَالْعَاكِفِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ (البقرة : ١٢٥)
“Dan
telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumah-Ku untuk
orang-orang yang thawaf, i’tikaf, ruku’, dan yang sujud”.
وَثِيَابَكَ
فَطَهِّرْ (المدثر : ٤)
“Dan pakaianmu
bersihkanlah”.
2. Sunnah
قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مِفْتَاحُ الصَّلَاةِ
الطُّهُورُ، وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ، وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ. (سنن أبو
داود)
“Kunci shalat adalah bersuci, keharamannya adalah takbir serta
penghalalannya adalah salam”. (Sunan Abu Dawud)
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ
تَحْتَ كُلِّ شَعَرَةٍ جَنَابَةً، فَاغْسِلُوا الشَّعَرَ، وَأَنْقُوا الْبَشَرَةَ. (سنن أبو داود)
“Setiap yang berada di
bawah rambut terdapat junub (anggota yang kotor), maka basuhlah rambut
tersebut, dan bersihkan kulitnya”.
3. Ijma’
Konsep bersuci yang telah dijelaskan di atas menurut Alauddin
As-Samarqandi sekaligus telah menjadi ijma’ para sahabat. (Diulas dari
kitab Tuhfatul Fuqaha’ Karya Ala’uddin As-Sajastani oleh FT edu)
No comments:
Post a Comment