Menu

Amazon

Lazada

Wednesday 29 July 2015

BENARKAH GUS DUR TIDAK MEMPERJUANGKAN RAKYAT PALESTINA?


Sering kali Gus Dur dituduh tidak peduli dengan nasib bangsa Palestina dan umat Islam secara keseluruhan, dan lebih dekat dengan Israel dan kelompok non-muslim. Kalau tuduhan itu seandainya diutarakan kepada Gus Dur, dia mungkin akan bilang: “Orang Islam yang masih marah kalau difitnah dan dicaci menunjukkan orang Islam yang masih amatiran”.

Gus Dur punya cara tersendiri untuk memperjuangkan umat Islam. Dia mencoba mencari akar persoalan mengapa orang Barat itu bersikap tidak adil terhadap kaum muslimin. Di forum-forum internasional baik dalam bentuk seminar atau dialog lintas agama, Gus Dur selalu memperjuangkan keadilan. Jika keadilan ditegakkan, maka otomatis martabat umat Islam akan terangkat.

Di sini perlu diajukan sebuah contoh saat dirinya diundang oleh koran terbesar di dunia, dengan oplah 12 juta perhari, yaitu koran Yomiuri Shimbun yang terbit di Tokyo dalam bahasa Jepang, Gus Dur mencoba mematahkan satu teori yang dicetuskan oleh Samuel Huntington tentang Clasch of Civilization. Teori ini lah yang selama ini dipakai oleh orang Barat untuk memotret masyarakat muslim.

Saat itu Gus Dur bilang ke Huntington: “Pak Profesor, saya terpaksa tidak menerima teori Anda tentang Clash of Civilization karena dua alasan:
Pertama, Bara terlalu menggeneralisir dan memiliki penilaian ganda (double morality) terhadap umat Islam. Ratusan ribu kaum muslimin di dunia setiap tahunnya belajar di Barat. Walaupun mereka kelihatannya cuma belajar tekhnologi, administrasi, kedokteran, dan lain-lain, tidak mustahil sedikit banyak mereka juga menyerap budaya Barat. Namun jangan dianggap mereka akan menjadi Barat seratus persen. Gus Dur mencontohkan dirinya yang suka pakai celana, kemeja, dasi, sepatu, dan pergi ke gedung bioskop. Semua itu adalah budaya Barat. Tapi di rumah, kata Gus Dur, saya seperti dulu (orang persantren). Saya tidak pernah makan babi, tidak pernah minum-minuman keras, apalagi berjudi. Dengan demikian berarti saya bukan Barat seratus persen. Tapi bila anda menganggap saya sebagai musuh Barat lantaran tidak menjadi Barat seratus persen, itu lucu. Memang saya mengikuti modernisasi, tapi terus terang saja saya menolak westernisasi, tegas Gus Dur pada Samuel Huntington.

Kemaren saya naik pesawat orang Barat. Hutan kalau dilihat dari atas pesawat, antara pohon jati, akasia, dan meranti, semua kelihatannya sama, yaitu hijau. Padahal pohon yang terdapat dalam hutan itu berbeda-beda, ada yang pendek ada yang panjang. Anda terlalu banyak melihat perbedaan pohon-pohon itu, dan tidak mau melihat hutannya. Anda melihat cara hidup mereka secara keseluruhan, tidak memilah-milahnya. Nah, itulah yang anda lihat sebagai perbedaaan antara Islam dan yang lain-lain. Sudut pandang semacam ini adalah sebuah kekeliruan. Anda ternyata memakai ukuran ganda (double morality). Sikap yang semacam ini “tidak boleh Pak Professor dalam ilmu pengetahuan”.

Kedua, Barat tidak adil dalam memandang Islam. Gus Dur mencontohkan ada group orang Yahudi Ortodoks yang sangat kuno. Setiap hari melempari mobil yang lewat di Yerusalem dengan batu. Menurut keyakinan mereka, pada hari sabtu atau sabath seseorang tidak boleh bekerja. Mereka beranggapan menyetir mobil adalah bekerja. Saya sendiri juga bertanya-tanya dalam hati yang namanya melempar itu kan juga termasuk bekerja. Mereka ini memang aneh sekali, kata Gus Dur. Namun bila Anda melihat fenomena itu pasti akan berkomentar: “Mereka tetap anak-anak kita juga, anak-anak peradaban Barat”. Namun sebaliknya, ketika ada sekelompok anak-anak muslim yang melakukan hal-hal yang tingkatannya lebih rendah dari itu, komentar aneh yang Anda keluarkan: “Mereka fundamentalis, ekstremis, militan, Islamis, dan lain sebagianya seolah-oleh mereka adalah musuh Anda, bukan anak kita”. Padahal mereka sebenarnya hanya tidak mau seperti Anda. Dan orang Islam berbeda-beda jangan dianggap sama. Cara pandang yang anda pakai inilah yang meneyebabkan “tesis Anda lemah”, tegas Gus Dur ke Samuel Huntington.

Mendengar argumentasi Gus Dur di atas semua hadirin diam dan tidak ada komentar. Huntington sendiri tidak bisa menjawab, hanya bicara ngalor ngidul. Sampai pada saat istirahat makan siang sang moderator Jhon Howard, mantan perdana menteri Australia yang beragama Kristen mengatakan kepada Gus Dur: “Kalau dalam bahasa tinju, Profesor Huntington sudah di-KO oleh pukulan-pukulan lawan”.

Apa yang bisa kita petik dari cerita di atas, pertama, kalau ingin mematahkan pendapat lawan ajak lah mereka dialog. Jangan main petak umpet sambil teriak-teriak haram-kafir di jalan-jalan. Gunakan argumentasi yang logis, ilmiyah, dan berdasarkan fakta jangan isu murahan.

Kedua, objektifitas ilmu pengetahuan harus dijunjung tinggi. Kesalahan dalam berargumentasi suatu hal yang biasa.


Ketiga, tidak benar Gus Dur tidak membela kepentingan umat Islam, dan Gus Dur punya cara sendiri untuk melakukan hal itu. (Diulas dari buku Misteri Kata-kata karya KH. Abdurrahman Wahid oleh FT edu)

No comments:

Post a Comment