Saat mengkritik partai Masyumi yang tidak
berdaya, KH. Wahid Hasyim sempat berkisah tentang sikap Adul Muthalib, kakek
Nabi yang ontanya hilang. Ketika Raja Abrahah sudah mengepung kota Makkah, Abdul
Muthalib sebagai pemimpin Makkah malah sibuk mencari ontanya yang hilang entah
kemana. Pencarian itu beliau lakukan sampai keluar batas kota Makkah, dan
akhirnya beliau ditangkap oleh tentara Abrahah. Mendengar penangkapan itu, Raja
Abrahah minta agar Abdul Muthalib dibawa ke hadapannya. Sesampainya di depan
Abrahah, beliau ditanya: “Kenapa Tuan sebagai pemimpin kota Makkah malah sibuk
mencari onta yang hilang, dan tidak mempersiapkan pasukan untuk menghadang gempuran
kami. Sungguh aneh sikap Tuan yang terlalu mementingkan soal onta, dari pada
mempertahankan kota tuan yang akan kami hancurkan?” Tanya Abrahah kepada Abdul
Muthalib.
Dengan tenang Abdul Mutalib menjawab: “Saya
sudah lama mendengar kalau tuan-tuan berencana menggempur negeri saya, dan akan
memindahkan Ka’bah ke negeri tuan. Namun kenyataan yang sekarang saya hadapi onta
saya hilang entah kemana perginya. Jika bukan saya sendiri yang mencarinya, tentu
tidak akan kembali. Adapun tentang Rumah Allah (baitullah), saya yakin
Allah yang akan mempertahankannya”.
Setelah mendengar jawaban yang polos dan penuh
keyakinan, Abrahah jadi ragu, dan tidak segera memerintahkan pasukannya untuk
menggempur kota Makkah. Tiga hari kemudian, datanglah burung Ababil (kata
orang: wabah kolera atau tha’un) menyerang Abrahah berikut tentaranya,
hingga 90% dari pasukannya mati saat itu.
Ada hal yang bisa kita ambil sebagai
pelajaran dari kisah di atas. Kadang kala kita sebagai manusia harus
mempertimbangkan kemampuan yang kita miliki saat hendak melawan serangan musuh.
Bila kekuatan kita sangat jauh di bawah kekuatan lawan, janganlah nekat tapi pasrahkan
semuanya secara total kepada kekuatan Allah. (Diulas dari buku Mengapa
Saya Memilih Nahdlutul Ulama, karya KH. Wahid Hasyim oleh FT edu)
No comments:
Post a Comment