Menurut Wakil Presiden Jusuf Kalla pemicu kerusuhan di Papua adalah speaker masjid. "Ya ada dua acara agak berdekatan di situ. Ada acara Idul Fitri ada pertemuan pemuka masyatakat gereja. Memang asal muasal soal speaker itu, mungkin butuh komunikasi lebih baik lagi untuk acara dua seperti itu," kata JK di Istana Wakil Presiden, sebagaimana dikutip oleh VIVA.
Kalau memang benar demikian, mungkin ada
sebuah kisah dari seorang tokoh ulama besar sekaligus pendiri NU, yaitu KH.
Hasyim Asy’ari. KH. Hasyim Asy’ari menuliskan fatwa bahwa penggunaan kentongan
(alat dari kayu yang dipukul hingga berbunyi nyaring) tidak diperkenankan untuk
memanggil salat karena agama tidak mengajarkan demikian.
Pendapat tersebut disanggah oleh Kyai
Faqih Maskumambang, Gresik, wakil beliau. Menurut Kyai Faqih kentongan boleh digunakan. Alasan beliau
adalah kentongan disamakan dengan beduk
sebagai alat pemanggil shalat. Jika bedug boleh, mengapa kentongan tidak boleh.
Demikian alasan Kyai Faqih.
Pada bulan Maulid-Rabi’ul Awwal berikutnya,
KH. Hasyim Asy’ari diundang untuk memberikan ceramah di Pesantren Maskumambang.
Tiga hari sebelumnya, Kyai Faqih memerintahkan kepada para ta’mir masjid dan
surau yang ada di Kabupaten Gresik untuk menurunkan semua kentongan dari
tempatnya selama Kyai Hasyim Asy’ari berada di kawasan kabupaten Gresik. Sikap
ini diambil sebagai bentuk rasa hormat terhadap KH. Hasyim Asy’ari sebab
menurut beliau kentongan dilarang dalam agama.
Yang menarik dari kisah di atas bukan
boleh dan tidaknya memakai kentongan, melainkan sikap saling menghormati di
antara kedua tokoh besar yang memiliki pendapat berbeda.
Kita sebagai umat Muslim yang meyakini
bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar, namun tidak serta merta rasa
hormat terhadap keyakinan orang lain kita tinggalkan dengan atas nama dakwah
atau kita sebagai kelompok mayoritas.
Konsep Syiar dalam Islam bukan
berlomba-lomba saling mengeraskan suara. Siapa yang berteriak paling nyaring
dia lah yang menang, bukan demikian. Sebab Islam bukan agama sporter bola atau
agama paduan suara. Konsep syiar yang sesungguhnya dalam Islam adalah
menghadirkan Islam di tengah-tengah masyarakat, tanpa mengganggu terhadap
masyarakat lain yang keyakinannya berbeda. Bukankah di dalam agama dilarang
membaca al-Quran dengan suara keras yang sekiranya dapat mengganggu orang yang
sedang tidur ? (Oleh FT edu)
No comments:
Post a Comment